Kembalinya tema ini ke ranah publik melalui medium film menjadi langkah penting dalam merawat ingatan budaya, sekaligus membuka ruang dialog yang lebih luas soal pendidikan seks, tradisi, dan tubuh.
Lewat Gowok: Kamasutra Jawa, Hanung Bramantyo tak hanya menyuguhkan visual yang memikat, tetapi juga menyentil kesadaran kita bahwa budaya tidak selalu hitam-putih, dan sering kali menyimpan lapisan yang kompleks dan kontekstual.
Gowok bukan sekadar cerita masa lalu. Ia adalah cermin tentang bagaimana kita memahami tubuh, tradisi, cinta, dan batasan. Dan kini, cerita itu bangkit kembali di bioskop, di perbincangan daring, dan dalam kesadaran budaya kita bersama.
Baca juga: Film Jomblo versi baru siap hadir
Baca juga: Ketika Hanung, Richard Kyle, dan Mahendra bicara jomblo