Tokyo (Antara/Reuters) - Tekanan lebih besar dibutuhkan untuk Korea Utara, termasuk resolusi lebih kuat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, kata Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dalam pembicaraan telepon, Senin, kata Jiji Press.
Abe dan Moon berbicara setelah Korea Utara melakukan uji nuklir keenamnya pada Minggu.
Sementara itu, Korea Selatan pada kesempatan sama menyatakan merencanakan pelatihan militer tambahan bersama Amerika Serikat sebagai tanggapan atas uji terbesar nuklir Korea Utara sehari sebelumnya.
Di saat bersamaan, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dijadwalkan menggelar sidang untuk membahas sanksi baru bagi Pyongyang.
Angkatan udara dan darat Korea Selatan menggelar pelatihan melibatkan penembakan peluru kendali pada Senin. Pelatihan tambahan tengah disiapkan bersama pasukan Amerika Serikat, kata kantor kepala staf gabungan dalam pernyataan tertulis.
Di sisi lain pada hari sama, kementerian lingkungan hidup Korea Selatan dikabarkan akan mengeluarkan izin layak lingkungan bagi penempatan pertahanan peluru kendali Amerika Serikat (THAAD), yang memicu persoalan.
Korea Utara mengaku menguji bom nuklir, yang bisa menjadi hulu ledak rudal antar-benua. Amerika Serikat langsung merespon dengan mengancam akan melakukan balasan militer "besar" jika merasa terancam.
Trump sendiri sebelumnya sempat berjanji akan menghentikan pengembangan persenjataan nuklir dari Korea Utara. Dia mengancam akan menyerang negara itu jika wilayah Amerika Serikat terancam.
Sedangkan tanggapan masyarakat internasional diperkirakan akan fokus soal sanksi ekonomi yang lebih besar bagi Pyongyang.
Diplomat mengatakan bahwa Dewan Keamanan tengah mempertimbangkan larangan ekspor bagi produk tekstil Korea Utara dan juga maskapai dari negara tersebut. Selain itu juga memberlakukan embargo minyak, melarang warga Korea Utara bekerja di luar negeri, dan membekukan aset sejumlah pejabat.
Korea Utara, yang menggelar masih mengembangkan persenjataan nuklir dan rudal meski jelas melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB, mengatakan bahwa uji coba bom hidrogen pada Minggu telah berjalan dengan "sukses sempurna."
Percobaan itu kemudian menimbulkan gempa yang 10 kali lebih kuat dibanding uji coba yang sama dari Korea Utara satu tahun lalu.
China, yang selama ini merupakan sekutu terbesar Pyongyang, mengecam keras uji coba nuklir itu dan mendesak Korea Utara untuk menghentikan semua tindakan "salah" mereka.
Pada Juli, Pyongyang menguji peluru kendali berdaya jangkau antarbenua, yang bisa terbang sejauh 10.000 km, sehingga diperkirakan bisa menyasar banyak daratan Amerika Serikat.
Uji nuklir terbaru Korea Utara itu memperbesar tekanan terhadap China untuk bersikap lebih tegas terhadap tetangganya itu, namun Beijing mengatakan bahwa penyelesaian kemelut Pyongyang bukan sepenuhnya tanggung jawabnya.
China berulangkali mengecam negara Barat dan sekutunya karena selalu mendengungkan "teori tanggung jawab China" untuk gejolak Semenanjung Korea. Beijing juga marah terhadap tindakan Seoul dan Washington, yang dinilai memperparah keadaan dengan menggelar pelatihan militer bersama.