Sebanyak 600 ekor tukik atau anak penyu jenis hijau (chelonia mydas) dan sisik (eretmochelys imbricata) dilepasliarkan di kawasan Pantai Tapak Padri Kota Bengkulu, Kamis.

Anggota Lembaga Lestari Alam Laut untuk Negeri (Latun) Bengkulu, sebuah lembaga yang peduli terhadap perlindungan penyu di Bengkulu Rahmat Effendi mengatakan pelepasliaran itu dilakukan sebagai upaya konservasi dan menjaga ekosistem laut.

"Selain ratusan tukik kami juga melepasliarkan tiga ekor penyu dewasa jenis hijau dan sisik yang saat ini populasinya khususnya di Bengkulu sangat sedikit sekali," katanya.

Rahmat mengatakan kegiatan pelepasliaran tukik ini digagas PT. Epson Indonesia melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR).

Penyu yang dilepasliarkan itu merupakan penyu yang ditangkar di pusat penangkaran penyu milik Latun di kawasan Pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu.

Ia menjelaskan ada dua lokasi habitat penyu di Kota Bengkulu yaitu di kawasan Pulau Tikus dan kawasan Pantai Teluk Sepang.

Namun, kata dia, kondisi dua lokasi tersebut saat ini sudah rusak akibat abrasi. Seperti di Pulau Tikus sendiri dari awalnya memiliki luas lebih dari 25 hektare, saat ini hanya sekitar 0,8 hektare saja.

Kerusakan dua habitat penyu itu disebut juga mempengaruhi terus berkurangnya jumlah penyu hijau dan sisik di Kota Bengkulu.

"Artinya sudah banyak lokasi penyu yang sudah abrasi. Harapan kami, pemerintah juga bisa memperhatikan kondisi saat ini," ucapnya.

Sementara itu perwakilan PT Epson Indonesia M Husni Nurdin mengatakan kegiatan pelepasliaran ratusan tukik itu digagas selaras dengan program Sustainable Development Goals (SDG’s) yang ditetapkan oleh Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) soal pelestarian lingkungan.

Menurutnya, perlu langkah konkrit untuk menyelamatkan populasi penyu yang kondisinya semakin hari semakin mengkhawatirkan.

"Indonesia merupakan negara spesies paling banyak penyu. Dari tujuh jenis penyu di dunia, ada enam jenis penyu di Indonesia dan di Bengkulu ada empat jenis. Ekosistem penyu ini harus dijaga. Jangan sampai, anak cucu kita nanti, hanya bisa melihat gambar penyu saja," demikian Husni.

 

Pewarta: Carminanda

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021