Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI yang membidangi pendidikan memaparkan tujuh langkah meningkatkan kualitas dan martabat pendidikan Indonesia dalam Rapat Kerja Nasional Ikatan Guru Indonesia (IGI) di Kota Bengkulu, Sabtu.
"Melalui Komite III DPD RI Insya Allah akan selalu berpihak kepada kepentingan para guru. Utamanya dalam mewujudkan suksesnya pendidikan dalam kualitas dan kuantitas di Indonesia," kata Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti.
Ia mengatakan ketujuh langkah tersebut yakni pertama IGI diminta konsisten melakukan program kerja peningkatan kualitas guru, terutama yang dapat menjangkau guru di daerah-daerah tertinggal, di pulau terdepan dan pulau terluar di Indonesia.
Kedua, memberikan pelatihan metode pembelajaran yang adaptif terhadap globalisasi dan era disrupsi. Ketiga tetap memberikan penekanan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran kepada peserta didik.
Keempat, IGI wajib untuk konsisten memperjuangkan peningkatan kesejahteraan guru dan hadir sebagai wadah memperjuangkan hak-hak guru yang independen. Kelima, IGI diminta selalu belajar akan hal-hal baru karena guru harus menjadi sosok yang memberi inspirasi bagi anak didik.
Keenam, IGI sebagai organisasi juga harus menjadi inspirasi bagi anggotanya, sekaligus bagi wadah organisasi guru yang lainnya dan ketujuh IGI sebagai organisasi harus mampu melakukan sinergi dan komunikasi dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah dan organisasi profesi guru lainnya untuk bersama-sama berjuang demi guru dan dunia pendidikan Indonesia.
"Di daerah pemilihan saya di Jawa Timur masih ditemukan fakta di lapangan guru yang mendapat honor sangat jauh di bawah standar kebutuhan hidup selama satu bulan. Masih jauh di bawah UMR buruh pabrik," ucapnya.
Menurutnya, fenomena tersebut sangat ironis karena buruh pabrik menghadapi mesin dengan produk barang. Sedangkan guru harus mendidik manusia dengan produknya adalah moral dan akhlak atau budi pekerti para penerus tongkat estafet bangsa dan negara ini.
Ia menilai Indonesia perlu meniru Jepang yang bangkit dari keterpurukan setelah bom atom di Hiroshima dan Nagasaki dengan mengumpulkan para guru, sebagai upaya menata kembali negaranya.
"Artinya, proses belajar mengajar dan pendidikan menjadi bagian penting dari percepatan kebangkitan Jepang setelah mengalami kehancuran di tahun 1945, bersamaan dengan kemerdekaan Indonesia," jelasnya.
Kendati demikian, La Nyalla mengapresiasi keberadaan IGI yang kepengurusannya telah menyebar di 34 Provinsi dan di 514 kabupaten/kota di Indonesia.
Termasuk menjangkau daerah-daerah terpencil seperti Kabupaten Kaerom, Biak Numfor, Yalimo di Papua dan daerah lainnya. Bahkan ada kepengurusan di luar negeri.
"Saya juga angkat topi karena IGI juga telah mampu menerapkan pola pelatihan peningkatan kualitas anggota berbasis internet, sehingga mampu menjangkau pelosok negeri dan memotong birokrasi organisasi. Sehingga dapat disebut IGI adalah sebuah organisasi modern yang efektif," kata La Nyalla.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021
"Melalui Komite III DPD RI Insya Allah akan selalu berpihak kepada kepentingan para guru. Utamanya dalam mewujudkan suksesnya pendidikan dalam kualitas dan kuantitas di Indonesia," kata Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti.
Ia mengatakan ketujuh langkah tersebut yakni pertama IGI diminta konsisten melakukan program kerja peningkatan kualitas guru, terutama yang dapat menjangkau guru di daerah-daerah tertinggal, di pulau terdepan dan pulau terluar di Indonesia.
Kedua, memberikan pelatihan metode pembelajaran yang adaptif terhadap globalisasi dan era disrupsi. Ketiga tetap memberikan penekanan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran kepada peserta didik.
Keempat, IGI wajib untuk konsisten memperjuangkan peningkatan kesejahteraan guru dan hadir sebagai wadah memperjuangkan hak-hak guru yang independen. Kelima, IGI diminta selalu belajar akan hal-hal baru karena guru harus menjadi sosok yang memberi inspirasi bagi anak didik.
Keenam, IGI sebagai organisasi juga harus menjadi inspirasi bagi anggotanya, sekaligus bagi wadah organisasi guru yang lainnya dan ketujuh IGI sebagai organisasi harus mampu melakukan sinergi dan komunikasi dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah dan organisasi profesi guru lainnya untuk bersama-sama berjuang demi guru dan dunia pendidikan Indonesia.
"Di daerah pemilihan saya di Jawa Timur masih ditemukan fakta di lapangan guru yang mendapat honor sangat jauh di bawah standar kebutuhan hidup selama satu bulan. Masih jauh di bawah UMR buruh pabrik," ucapnya.
Menurutnya, fenomena tersebut sangat ironis karena buruh pabrik menghadapi mesin dengan produk barang. Sedangkan guru harus mendidik manusia dengan produknya adalah moral dan akhlak atau budi pekerti para penerus tongkat estafet bangsa dan negara ini.
Ia menilai Indonesia perlu meniru Jepang yang bangkit dari keterpurukan setelah bom atom di Hiroshima dan Nagasaki dengan mengumpulkan para guru, sebagai upaya menata kembali negaranya.
"Artinya, proses belajar mengajar dan pendidikan menjadi bagian penting dari percepatan kebangkitan Jepang setelah mengalami kehancuran di tahun 1945, bersamaan dengan kemerdekaan Indonesia," jelasnya.
Kendati demikian, La Nyalla mengapresiasi keberadaan IGI yang kepengurusannya telah menyebar di 34 Provinsi dan di 514 kabupaten/kota di Indonesia.
Termasuk menjangkau daerah-daerah terpencil seperti Kabupaten Kaerom, Biak Numfor, Yalimo di Papua dan daerah lainnya. Bahkan ada kepengurusan di luar negeri.
"Saya juga angkat topi karena IGI juga telah mampu menerapkan pola pelatihan peningkatan kualitas anggota berbasis internet, sehingga mampu menjangkau pelosok negeri dan memotong birokrasi organisasi. Sehingga dapat disebut IGI adalah sebuah organisasi modern yang efektif," kata La Nyalla.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021