Dinas Kesehatan (Dinkes) Bengkulu bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Bengkulu memeriksa hemoglobin (HB) para siswi SLTA di daerah itu guna mengantisipasi kasus stunting.
 
"Pemeriksaan dilakukan secara berkala. Perempuan dengan HB rendah berpotensi melahirkan bayi stunting, oleh karena itu pemeriksaan HB difokuskan pada remaja putri," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Kota Bengkulu Joni Haryadi Thabrani, Minggu.

Menurut dia, pemeriksaan secara dini dimaksudkan guna mengantisipasi munculnya kasus-kasus stunting baru di masa datang
 
Ia menyebutkan, Dinkes Kota Bengkulu juga bekerja sama dengan Kementerian Agama. Calon pengantin yang ingin mendapatkan blangko nikah wajib terlebih menjalani skrining kesehatan.
 
"Untuk calon pengantin lingkar lengan atasnya tidak boleh kurang dari 23 centimeter, karena berarti sangat kurus. Jadi kalau lingkar lengan atasnya belum mencukupi, pernikahannya sebaiknya ditunda dulu," ujar dia.
 
Joni menjelaskan, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan bayi stunting, seperti jarak kehamilan yang terlalu dekat, melahirkan terlalu banyak dan usia ibu saat hamil terlalu tua atau terlalu muda.
 
"Kami juga berkoordinasi dengan DP3AP2KB Kota Bengkulu dalam pencegahan stunting," terangnya.
 
Sementara itu, Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu mencatat sebanyak 97.327 keluarga di provinsi itu berisiko melahirkan anak stunting.
 
Hal tersebut berdasarkan hasil pemutakhiran data keluarga (PPK-2023) di berbagai tingkatan wilayah di Provinsi Bengkulu.

Pewarta: Anggi Mayasari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024