Aliansi Peduli Bumi Rafflesia Bengkulu mendesak pemerintah daerah (pemda) mempercepat proses transisi energi bersih guna mencegah krisis iklim maupun bencana melanda Bengkulu akibat kerusakan alam.
 
"Mendesak pemda Provinsi Bengkulu untuk segera melakukan transisi energi dari energi fosil menuju energi bersih yang adil dan berkelanjutan," kata Koordinator Aksi Peringatan Hari Bumi Aliansi Peduli Bumi Rafflesia Bengkulu M Ghifar Alfarizsy di Bengkulu, Senin.
 
Dia mengatakan dalam rangka transisi energi sektor ketenagalistrikan, pemerintah pusat melalui kementerian terkait sudah menyusun peta jalan percepatan pengakhiran masa operasional PLTU batu bara yang dituangkan dalam dokumen perencanaan sektoral.
 
PLTU batu bara, kata dia. merupakan salah satu kontributor utama emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang menyebabkan perubahan iklim. Endcoal.org mencatat sejak 2006-2020 setidaknya ada 171 PLTU batu bara yang beroperasi di Indonesia dengan total kapasitas 32.373 megawatt, salah satunya berada di Bengkulu.
 
Pembangkit-pembangkit itu ikut menyumbang CO2 yang dihasilkan oleh seluruh PLTU di dunia yang mencapai 258.394 juta ton, dengan rata-rata emisi tahunan sekitar 6.463 juta ton.
 
Energi bersih, kata dia, tentunya tidak memberikan dampak kerusakan pada alam karena energi bersih terbarukan merupakan sumber energi yang berasal dari alam, contohnya berasal dari sinar matahari, angin, dan air.
 
"Energi bersih terbarukan dapat diperbaharui dalam waktu singkat, jauh lebih singkat dari pada energi fosil, dan dalam penggunaannya tidak mengeluarkan gas emisi," katanya.
 
Energi bersih terbarukan, lanjutnya, juga sangat potensial digunakan di Indonesia sebagai sumber energi ketenagalistrikan di tengah krisis iklim yang saat ini melanda dunia.

Pewarta: Boyke Ledy Watra

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024