Bengkulu (ANTARA) - Gubernur Bengkulu Helmi Hasan membeli sayuran petani yang tidak terserap pasar dan juga meminta seluruh pejabat juga ikut aksi serupa sebagai bentuk dukungan kepada petani.
"Harga anjlok, ada petani membuang sayuran, maka saya telah membuat surat edaran ke seluruh pejabat pemprov dimulai dari saya hingga wali kota dan bupati agar membeli sayuran petani yang tidak terserap di pasaran," katanya di Bengkulu, Jumat.
Gubernur membuat surat edaran untuk semua pejabat di lingkungan Pemerintahan Provinsi Bengkulu hingga ditujukan juga kepada wali kota dan bupati agar membeli hasil panen sayuran petani sebagai upaya membantu petani di saat harga sedang anjlok.
Menurut dia saat harga sayuran sedang anjlok dan hasil panen petani tidak terserap pasar, maka tugas kepala daerah dan jajaran agar bisa membantu kesulitan petani, salah satunya dengan cara membeli hasil panen petani dengan harga yang layak.
"Jangan sampai saat panen, petani justru mengalami kerugian, maka sudah tugas kita membantu rakyat saat sedang mengalami kesulitan, seperti halnya saat ini para petani sayuran, untuk itu petani yang hasil buminya tidak terserap di pasaran akan kami beli," ucapnya.
Gubernur Helmi menyatakan Bengkulu merupakan penghasil komoditas tomat, cabe dan pepaya dengan skala besar. Oleh sebab itu Pemerintah Provinsi Bengkulu sedang mempersiapkan hilirisasi produk dengan membangun pabrik saos di Bengkulu.
"Untuk jangka panjang, kalau selama ini hasil bumi kita seperti halnya tomat, pepaya dijual keluar Bengkulu, maka dengan adanya pabrik saos nanti akan diserap di Bengkulu, dan tidak ada lagi petani.yang jual sayuran saat harga anjlok," ujarnya.
Sebelumnya, sejumlah petani sayur di Kecamatan Ujan Mas, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu, membuang hasil panen mereka akibat harga yang anjlok.
Contohnya, buncis dari harga di pengepul Rp6.000 menjadi Rp500, tomat hanya dihargai Rp500 per kilogram, rata-rata harga sayur dibeli pengepul sekitar Rp500.
Aksi membuang sejumlah hasil bumi tersebut sempat viral di media sosial mendapat berbagai tanggapan dari berbagai pihak.
Kepala dusun desa Suro Muncar, Bentar Prapasta membenarkan adanya aksi dari warganya itu yang diikuti oleh para petani dari berbagai wilayah sebagai bentuk protes.
"Aksi itu awalnya dimulai oleh warga petani lalu diikuti petani lain kami tidak bisa berbuat banyak karena hal tersebut merupakan kehendak dari para petani dan pengepul," ujarnya.