Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bengkulu mencatat kasus demam berdarah (DBD) di wilayah tersebut sejak Januari hingga saat ini sebanyak 198 orang.
 
"Bisa kami sampaikan bahwa sampai saat ini kasus DBD di Kota Bengkulu sejak Januari sampai Mei 2024 yaitu 198 kasus dan tertinggi pada Maret yaitu 117 kasus," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Kota Bengkulu Joni Haryadi Thabrani di Bengkulu, Selasa.
 
Ia menyebutkan untuk kasus DBD pada Mei 2024 di Kota Bengkulu mengalami penurunan jika dibandingkan dengan April yaitu 28 kasus warga yang positif demam berdarah.
 
"Alhamdulillah berkat kerja sama dengan seluruh pihak, kasus DBD di Kota Bengkulu menurun dan kita berharap mudah-mudahan wabah DBD akan segera berlalu sehingga masyarakat tidak perlu khawatir terkena DBD," terang dia.
 
Joni mengimbau seluruh masyarakat Kota Bengkulu untuk menjaga kebersihan lingkungan, menerapkan pola hidup sehat, tidak membiarkan barang-barang yang dapat menampung air berada di luar rumah dan membersihkan penampungan air di kamar mandi seminggu sekali.
 
Kemudian, jika terdapat benda-benda atau sampah yang tidak dapat dibuang maka disarankan untuk menguburkannya agar tidak menjadi sarang nyamuk penyebab DBD.
 
Selain itu, Dinkes Kota Bengkulu juga terus melakukan penyuluhan kepada masyarakat guna mengantisipasi adanya kasus DBD dan masyarakat juga dapat menerapkan 5M yaitu mengubur barang bekas yang dapat menampung air, menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi atau penampungan air minimal dua kali dalam satu minggu.
 
Kemudian menaburkan bubuk abate di tempat penampungan air yang sulit dibersihkan dan mengganti air di vas bunga serta masyarakat dapat menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi gizi seimbang agar tidak terjangkit demam berdarah.
 
Serta melakukan fogging atau pengasapan jika ada ditemukan dua atau lebih kasus di masyarakat yang terinfeksi penyakit DBD dengan disertai oleh hasil laboratorium.
 
"Sebisa mungkin kami minimalisasi penggunaan pengasapan untuk membasmi jentik nyamuk sebab cairan yang digunakan terdapat zat-zat yang berbahaya untuk masyarakat dan lingkungan," jelas Joni.
 
Hal tersebut dilakukan, karena alat untuk melakukan pengasapan menggunakan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang menyebabkan tanaman mati dan menimbulkan iritasi bagi manusia jika terkena kulit.
 
 

Pewarta: Anggi Mayasari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024