Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bengkulu Sri Martiana di Bengkulu Senin mengatakan, kasus DBD pada 2023 mengalami penurunan jika dibandingkan pada 2022 yang terkonfirmasi sebanyak 117 kasus.
"Karena DBD itu sering terjadi saat musim hujan sedangkan di Kota Bengkulu itu sendiri sampai saat ini masih tidak menentu dan cenderung musim panas," katanya.
Rendahnya kasus terkonfirmasi DBD di Kota Bengkulu disebabkan karena faktor cuaca selama 2023 terjadi musim kemarau yang panjang jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Selain itu, pihaknya juga terus melakukan pencegahan dengan melakukan sosialisasi di fasilitas kesehatan yang ada di Bengkulu.
Sri menjelaskan, mayoritas penderita DBD Kota Bengkulu didominasi oleh anak-anak, dan untuk upaya pencegahan DBD tersebut tanpa melakukan upaya fogging atau pengasapan terhadap jentik nyamuk besar-besaran untuk menghindari efek samping yang ditimbulkan.
"Karena pencegahan terbaik adalah dari diri kita sendiri untuk mencegah nyamuk ini berkembang biak, karena tahun ini kita sudah jarang fogging, tetapi kita tetap upayakan sosialisasi," katanya.
Sementara itu, upaya yang dilakukan adalah minimalisasi penggunaan pengasapan untuk membasmi jentik nyamuk sebab cairan yang digunakan terdapat zat-zat yang berbahaya untuk masyarakat dan lingkungan.
"Fogging itu sebenarnya tidak disarankan lagi karena banyak bahayanya. Sebab yang keluar dari mesin fogging bukan hanya obat untuk membunuh jentik nyamuk, tapi juga zat-zat yang berbahaya seperti solar dan lainnya," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Kota Bengkulu Joni Haryadi Thabrani.
Sebab, katanya, alat fogging menggunakan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang menyebabkan tanaman mati dan menimbulkan iritasi bagi manusia jika terkena kulit.
Karena itu, untuk menggunakan alat fogging di suatu wilayah harus ditemukan dua atau lebih kasus masyarakat yang terinfeksi penyakit DBD.
Guna meminimalisasi masyarakat yang terinfeksi DBD, pihaknya mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk menjaga kebersihan di lingkungan sekitar rumah untuk menghindari penyebaran wabah DBD.
Hal itu antara lain dapat dilakukan dengan tidak menggantung baju dalam waktu lama, dan dengan banyaknya sampah di sekitar rumah dapat menjadi sarang nyamuk jenis Aedes Aegypti.
Kemudian, masyarakat juga dapat menerapkan 5M, yaitu mengubur barang bekas yang dapat menampung air, menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi atau penampungan air minimal dua kali dalam satu minggu.
Joni menambahkan, cara lainnya adalah menaburkan bubuk abate di tempat penampungan air yang sulit dibersihkan dan mengganti air di vas bunga, serta masyarakat dapat menjaga kesehatan dengan mengonsumsi gizi seimbang agar tidak terjadi demam berdarah.