Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Kota Bengkulu hingga tahun 2013 diprakirakan akan menghasilkan sampah organik sebanyak 875 meter kubik per hari sebab itu diperlukan manajemen pengelolaan yang baik ke depan.
"Manajemen itu dengan cara meningkatkan 56 unit tempat pengelolaan sementara (TPS) yang ada saat ini, dan memperluas tempat pembuangan akhir (TPA) 11 hektare serta beberapa pengolahan lain," kata Kepala Bappeda Kota Bengkulu Fitriyani, Senin.
Menurut dia, ke depan dibutuhkan satu unit "container" (wadah) per 15 ribu jiwa penduduk, satu unit transfer depo per 15 ribu jiwa, serta satu unit kereta sampah per 500 jiwa.
Selain pengelolaan sampah secara tradisional akan ditingkatkan pula pengelolaan sampah menjadi limbah berguna untuk ekonomi kreatif serta pengelolaan pupuk kompos.
Kota Bengkulu dengan jumlah penduduk sekitar 300.000 jiwa ini telah menyiapkan anggaran dalam APBD per kelurahan guna penanganan sampah yang layak dijadikan ekonomi kreatif.
Masing-masing kelompok per kelurahan itu mendapatkan dana Rp20 juta untuk pengelolaan sampah menjadi barang yang dapat mendongkrak pendapatan ekonomi seperti kerajinan tangan dan pupuk kompos.
Ia mengatakan, jika pengelolaan sampah tetap dilakukan dengan metode lama yakni membakar maka hal tersebut akan berdampak buruk bagi kelestarian lingkungan dan kesehatan masyarakat Kota Bengkulu.
Sementara itu pengelola Universitas Bengkulu menyatakan siap membantu Pemkot Bengkulu untuk mengurangi sampah dan mengolah kembali menjadi produk siap guna dan pupuk kompos karena universitas ini memiliki teknologi tersebut.
Di tempat terpisah Rudianto warga Air Sebakul lokasi TPA menyatakan resah dengan makin banyaknya lalat di rumahnya akibat dekatnya lokasi pemukiman warga dengan pembuangan sampah ini.
Ia berharap Pemkot Bengkulu dapat membantu masyarakat mengurangi lalat itu dengan obat atau peralatan pembasmi lalat. (ANT/291)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2011
"Manajemen itu dengan cara meningkatkan 56 unit tempat pengelolaan sementara (TPS) yang ada saat ini, dan memperluas tempat pembuangan akhir (TPA) 11 hektare serta beberapa pengolahan lain," kata Kepala Bappeda Kota Bengkulu Fitriyani, Senin.
Menurut dia, ke depan dibutuhkan satu unit "container" (wadah) per 15 ribu jiwa penduduk, satu unit transfer depo per 15 ribu jiwa, serta satu unit kereta sampah per 500 jiwa.
Selain pengelolaan sampah secara tradisional akan ditingkatkan pula pengelolaan sampah menjadi limbah berguna untuk ekonomi kreatif serta pengelolaan pupuk kompos.
Kota Bengkulu dengan jumlah penduduk sekitar 300.000 jiwa ini telah menyiapkan anggaran dalam APBD per kelurahan guna penanganan sampah yang layak dijadikan ekonomi kreatif.
Masing-masing kelompok per kelurahan itu mendapatkan dana Rp20 juta untuk pengelolaan sampah menjadi barang yang dapat mendongkrak pendapatan ekonomi seperti kerajinan tangan dan pupuk kompos.
Ia mengatakan, jika pengelolaan sampah tetap dilakukan dengan metode lama yakni membakar maka hal tersebut akan berdampak buruk bagi kelestarian lingkungan dan kesehatan masyarakat Kota Bengkulu.
Sementara itu pengelola Universitas Bengkulu menyatakan siap membantu Pemkot Bengkulu untuk mengurangi sampah dan mengolah kembali menjadi produk siap guna dan pupuk kompos karena universitas ini memiliki teknologi tersebut.
Di tempat terpisah Rudianto warga Air Sebakul lokasi TPA menyatakan resah dengan makin banyaknya lalat di rumahnya akibat dekatnya lokasi pemukiman warga dengan pembuangan sampah ini.
Ia berharap Pemkot Bengkulu dapat membantu masyarakat mengurangi lalat itu dengan obat atau peralatan pembasmi lalat. (ANT/291)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2011