Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Bengkulu mengambil empat langkah kunci guna mencegah terjadinya lonjakan inflasi akhir tahun.
 
"Yang perlu diketahui TPID tidak didesain untuk membuat inflasi serendah-rendahnya, harga semua murah-murahnya, bukan itu. Kami berupaya inflasi tetap terkendali, dan untuk akhir tahun ini ada beberapa langkah kerja pengendalian inflasi," kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu Wahyu Yuwana di Bengkulu, Kamis.
 
Menurut dia, langkah pertama adalah memastikan jumlah pasokan komoditas pokok yang beredar di pasaran cukup untuk kebutuhan masyarakat.
 
"Beberapa langkah kerja pengadilan harga pastinya secara intens juga dilakukan, ada banyak bantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, kabupaten, kota termasuk dari Bank Indonesia untuk mendorong peningkatan produksi komoditas," kata dia.
 
Hal itu lanjut Wahyu karena inti dari pengendalian inflasi yakni dengan menjamin kecukupan cukup komoditas di pasaran, dan tentunya kecukupan pasokan bersumber dari kecukupan produksi.
 
"Ketika komoditas yang tersedia banyak, ini kemudian soal manajemen stoknya saja yang kemudian nanti diperlukan, apa diperlukan hilirisasi atau program penyimpanan, peningkatan nilai tambah komoditas, misalnya ya cabainya tidak hanya dijual fresh, tapi juga sudah mulai diolah mengembangkan UMKM," kata dia.
 
Atau lanjut dia, produksi berlebihan pangan dan komoditas pokok bida dijadikan untuk cadangan pemerintah yang nantinya pada akhir tahun dapat didistribusikan sebagai intervensi pasar ketika terjadi kenaikan harga yang mengganggu perekonomian. Memastikan pengelolaan hasil produksi komoditas menjadi langkah kedua diupayakan TPID.
 
"Ketika ada survei sedemikian banyak (pasokan), rasanya memang pemerintah daerah bersama-sama dengan pihak terkait lain harus melakukan manajemen stok, kalau memang sekarang lagi panen, lebih baik disimpan sebagai cadangan beras pemerintah," ucapnya.
 
Kemudian langkah ketiga, TPID menyiapkan skema pasar murah dan operasi pasar sebagai langkah cepat antisipasi menahan laju kenaikan harga komoditas, atau inflasi dari kelompok pengeluaran sektor konsumsi.
 
"Ketika harga kecenderungan mulai mengalami peningkatan, dilakukan intervensi, pasar murah, operasi pasar dan lain-lain. Jadi memang tugas TPID ini adalah memantau sekaligus juga melakukan respon menjaga suplai dan permintaan," kata Wahyu.
 
Poin penting terakhir atau yang keempat lanjut dia, TPID juga fokus menjaga psikologis pasar agar tidak terjadi kekhawatiran penyebab perilaku belanja panik dari masyarakat.
 
"Termasuk komunikasi, kadang kala inflasi ini bukan masalah suplai dan permintaan saja, tapi masalah ekspektasi, ketika orang berekspektasi pasti nanti menjelang tahun baru harga naik, maka mereka akan panik membeli komoditas melebihi jumlah yang dibutuhkan," ucapnya.
 
Sementara, pasokan komoditas di pasaran sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat sampai awal tahun mendatang.
 
"Jadi berapapun mereka beli, padahal sebetulnya jumlahnya mencukupi. Nah ini yang kemudian kami komunikasikan ke produsen jangan menimbun barang. Ke konsumen juga sama jangan belanja berdasarkan keinginan tapi kebutuhan, belanja bijak," ujarnya.

Pewarta: Boyke Ledy Watra

Editor : Anom Prihantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024