Jakarta (Antara) - PT Pupuk Indonesia (Persero), melalui anak perusahaannya PT Pupuk Kujang, menjajaki kerja sama dengan negara Laos untuk membangun pabrik pupuk NPK di negara itu.

Demikian diungkapkan Direktur Teknologi PT Pupuk Indonesia (Persero), Djohan Safri, saat menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Laos, Saleumxay Kommasith yang didampingi Director of South East Asia, Kementerian Luar Negeri RI Denny Abdi, di pabrik Pupuk Kujang, Cikampek, Jumat.

Dalam siaran pers Djohan menuturkan, beberapa waktu lalu jajaran Pupuk Kujang telah melakukan kunjungan ke Laos meninjau pabrik KCl yang beroperasi di Propinsi Khammouane.

"Laos memiliki sumber potassium yang cukup besar. Barang tambang ini merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan pupuk, yaitu merupakan bahan baku dari unsur KCl dalam pupuk NPK," ujarnya.

Ia menjelaskan, kerja sama kedua pihak bisa diwujudkan dalam beberapa konsep seperti dalam bentuk perijinan pertambangan, dimana tambang potassium dikelola oleh PT Aneka Tambang Tbk (Persero) dan kemudian diolah menjadi KCl oleh Pupuk Indonesia  Grup.

"Membangun pabrik NPK di Laos agar dekat dengan sumber bahan baku, kemudian urea dan fosfat kami datangkan dari pabrik kita di Indonesia. Hasil produksi NPK tersebut kemudian dijual di wilayah Laos dan sekitarnya," ujarnya.

Djohan menegaskan, kendati masih dalam tahap penjajakan, namun sudah mendapat dukungan dari Pemerintah Laos.

Pertanian Laos sendiri masih banyak membutuhkan pasokan pupuk, terutama urea, karena negara itu belum mempunyai pabrik pupuk sehingga semua kebutuhannya masih harus impor. Ini tentunya menjadi peluang pasar bagi Pupuk Indonesia.

"Melalui Pupuk Kujang, kami juga siap membantu memberikan pelatihan dan edukasi kepada petani di Laos khususnya mengenai pola pemupukan berimbang," tambahnya.

Kunjungan ini merupakan tindak lanjut  dari peluang investasi penambangan Potassium Chloride (KCL) di negara Laos oleh Tim Pupuk Kujang yang langsung dipimpin oleh Direktur Utama Nugraha Budi Eka Irianto beberapa bulan lalu.

Pemerintah Laos mendukung rencana investasi Indonesia di pertambangan dan industri pupuk karena negara itu belum memiliki perusahan pupuk, namun memiliki tambang KCL yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pabrik pupuk, sehingga sinergi antara Indonesia dengan Laos dapat lebih efektif.

"Pupuk Kujang membutuhkan 70.000 ton potasium per tahun dan selama ini Indonesia mengimpor potasium dari Kanada dan Rusia. Sehingga sudah dipastikan biaya operasional cukup tinggi untuk produksinya. Dengan adanya perusahaan KCL di Laos,  memungkinkan dapat menekan biaya lebih rendah karena lokasinya yang lebih dekat," kata Nugraha.

Pupuk Kujang adalah salah satu anak perusahaan Pupuk Indonesia, berlokasi di Cikampek untuk memenuhi kebutuhan pupuk terutama untuk wilayah Jawa Barat dengan kapasitas produksi 1,14 juta ton urea, 660 ribu ton amoniak dan 200 ribu ton NPK per tahun.

Sedangkan Pupuk Indonesia, saat ini menaungi 10 anak perusahaan yang terdiri dari 5 produsen pupuk, dan perusahaan yang bergerak di bidang EPC, logistic, energi, pangan serta perdagangan.  ***3***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017