Setelah menunggu selama dua bulan tentang uji laboratorium atas sampel empat ekor penyu yang mati di sekitar Pantai Teluk Sepang, Kota Bengkulu, pemerintah akhirnya mengumumkan hasil.

Dalam penjelasan para pihak, fenomena alam di laut Bengkulu diyakini mempengaruhi penyu hingga menyebabkan kematian.

Juru Kampanye Kanopi Hijau Indonesia, Olan Sahayu menyebut penjelasan ini belum memastikan penyebab kematian 28 ekor penyu secara beruntun di perairan pantai Teluk Sepang, Kota Bengkulu. Semuanya baru berdasarkan dugaan atau asumsi.

Kata Olan, meski sudah merilis hasil uji laboratorium yang dilakukan Balai Besar Penelitian Venteriner Bogor, Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Bengkulu - Lampung belum menyebut secara gamblang apa sebenarnya penyebab kematian penyu.

Dalam konferensi pers yang dilakukan Pemerintah Provinsi Bengkulu bersama BKSDA Bengkulu - Lampung, BMKG Bengkulu, Polda Bengkulu dan pihak terkait lainnya pada Jumat (31/1), para pihak ini lebih menegaskan kematian penyu bukan disebabkan pencemaran limbah air bahang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara Bengkulu ketimbang mengungkapkan data-data sebenarnya dalam hasil uji laboratorium tersebut.

Baca juga: DPRD Bengkulu akan panggil BKSDA terkait kematian 27 penyu

"Dua bulan setelah sampel penyu dikirim ke Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor, hasil penyebab kematian 28 ekor penyu belum terungkap. Berdasarkan rilis yang disampaikan pada 31 Januari 2020 tidak ditemukan pernyataan yang menegaskan penyebab kematian penyu. Semua hanya berdasarkan dugaan atau asumsi," kata Olan.

Dari sampel penyu yang diteliti Balai Besar Penelitian Venteriner Bogor ini ditemukan adanya infeksi pada jaringan sel sehingga merusak organ hati, atau dalam bahasa hasil uji laboratorium ini disebut dengan hepatik nekrosis parah dan hepatitis pada sampel penyu yang dikirimkan BKSDA Bengkulu - Lampung.

Pihak laboratorium Balai Besar Penelitian Venteriner Bogor pun dalam hasil pemeriksaannya menyebut adanya infeksi bakteri salmonellosis yang ditemukan pada sampel penyu. Infeksi bakteri ini pun belum pasti alias masih dugaan atau suspek.

Hasil lainnya dari diagnosa umum mikroskopis ditemukan adanya radang usus yang parah atau enteritis, pendarahan atau haemonrrhagi, kerusakan sel darah merah atau hemosiderosis, pelemahan otot atau myopathy dan peradangan otot kronis atau myosis.

Selain itu, dari pemeriksaan 11 spesimen organ penyu diketahui bahwa hasil pengujian toxicologi tidak menunjukkan nilai yang mempengaruhi mortalitas penyu. Bisa dikatakan, penyu ini tidak mati karena tercemar atau terpengaruh zat kimia.

Ada beberapa dugaan yang diungkap BKSDA Bengkulu - Lampung terkait kerusakan sel yang akhirnya menyebabkan kematian pada penyu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan alai Besar Penelitian Venteriner Bogor.
 
Kanopi desak BKSDA usut kematian 27 penyu di Bengkulu. (Foto Antarabengkulu.com)


Suhu muka laut

Dokter hewan BKSDA Bengkulu - Lampung, Erni Suyanti Musabine menjelaskan, perubahan suhu muka laut yang terjadi di perairan barat Bengkulu pada akhir tahun lalu menyebabkan kemunculan plankton beracun. Keberadaan plankton beracun ini juga memicu terjadinya fenomena air laut berbuih yang melanda sebagian perairan Bengkulu. BMKG Bengkulu pun mengamini hal ini.

Kepala BMKG Bengkulu, Kukuh Ribudiyanto mengatakan, sejak September hingga awal Desember 2019 lalu, suhu muka laut di perairan sebelah barat Bengkulu dalam kondisi dingin. Pada periode itu suhu muka laut tercatat menurun hingga 0.5 derajat celsius sampai 3 derajat celsius dari kondisi normal. 

Kondisi penurunan suhu muka laut ini tidak hanya terjadi di perairan Bengkulu saja, kondisi ini bahkan juga terjadi di perairan Lampung dan Jawa Timur. Dua daerah itu pada periode yang sama yakni September hingga awal Desember 2019 juga mengalami fenomena air laut berbuih. 

Penurunan suhu muka laut ini menyebabkan perairan sebelah barat Bengkulu mengalami kekurangan uap air sehingga musim kemarau berlangsung lebih lama. Penurunan suhu muka laut ini juga menjadi penyebab air laut menjadi berbuih.

BMKG Bengkulu juga mengakui penurunan suhu muka laut dan fenomena air laut berbuih ikut memberikan efek negatif terhadap biota laut termasuk penyu. Penurunan suhu muka laut ini mengakibatkan daya tahan tubuh penyu menjadi turun.

Dugaan penyu di perairan Bengkulu mati karena terinfeksi bakteri salmonellosis oleh Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor ini disebut BKSDA Bengkulu - Lampung terjadi karena penurunan suhu muka laut di perairan sebelah barat Bengkulu. Bakteri ini memang sering menyerang reptil termasuk penyu yang daya tahan tubuhnya rendah. 

Baca juga: Polda Bengkulu siap usut kematian puluhan penyu

"Plankton itu salah satu makanan penyu. Plankton itu ada juga yang beracun. Namanya racun itu tidak selamanya zat kimia, bisa juga dari makanan. Selain itu ada juga pengaruh faktor eksternal yakni penurunan suhu muka laut. Hal ini menyebabkan daya tahan tubuh penyu menurun," kata Dokter hewan BKSDA Bengkulu - Lampung, Erni Suyanti Musabine.

Pendapat BKSDA Bengkulu - Lampung dan BMKG Bengkulu yang menyebut kenaikan suhu muka laut menjadi pemicu kematian penyu ini dipertanyakan oleh Yayasan Kanopi Hijau Indonesia.

Kata Olan, jika kematian penyu ini disebabkan oleh faktor alam, mengapa di perairan di daerah lain yang juga mengalami penurunan suhu muka laut dan fenomena air laut berbuih di Kabupaten Kaur, perairan Lampung dan Jawa Timur seperti yang disebutkan BMKG Bengkulu tidak ditemukan ada penyu yang mati.

"Jika faktor alam yang menyebabkan kematian tersebut, pertanyaan kuncinya mengapa kematian penyu tidak ditemukan di perairan lain. Kami menduga bahwa para pihak mengkambinghitamkan fenomena alam," tegas Olan.

Olan menjelaskan, kejadian fenomena alam yang menyebabkan buih di laut disebutkan BMKG terjadi hanya sampai Desember 2019, namun kematian penyu masih terus terjadi hingga Januari 2020. Kanopi mencatat selama Januari 2020 ada 5 ekor penyu mati di perairan pantai Teluk Sepang, Kota Bengkulu.

Kata Olan, sebagian besar penyu yang mati ini ditemukan di area saluran pembuangan air limbah PLTU batubara Bengkulu sejak 10 November 2019 hingga Januari 2020.  Kematian penyu ini bertepatan dengan jadwal uji coba PLTU batubara Bengkulu yang dilakukan sejak 19 September 2019 lalu. 

"Sejak proses uji coba ini ditemukan buih yang berwarna kecoklatan dan berbau busuk dari saluran pembuangan limbah PLTU langsung ke laut. Faktanya kematian terus terjadi hingga Januari 2020 seiring pembuangan limbah cair PLTU langsung ke laut," jelas Olan.
 
Penyu dan ikan ditemukan mati di sekitar PLTU Bengkulu. (Foto Antarabengkulu.com)


Sampel yang dikirim sudah membusuk

Erni atau yang akrab disapa dokter Yanti ini juga mengakui jika sampel penyu yang dikirimkan ke laboratorium Balai Besar Penelitian Venteriner Bogor dalam kondisi sudah membusuk, hal ini tentu menghambat proses diagnosa.

Dari sampel yang dikirimkan itu tidak semuanya bisa dianalisis. Laboratorium Balai Besar Penelitian Venteriner Bogor hanya bisa menganalisis bagian sampel penyu yang masih baik, sebab sebagian sampel lagi sudah tidak bisa dianalisis karena sudah membusuk.

"Laboratorium melakukan seleksi semua organ yang kita kirim, mereka mengirimkan tulisan ini bagian yang tidak bisa lagi dianalisis karena sudah rusak. Yang bisa dianalisis hasilnya seperti yang disampaikan tadi," jelas dokter Yanti.

Sebelumnya, dalam rapat lintas sektoral di kantor BKSDA Bengkulu - Lampung awal Januari lalu dokter Yanti menyebut, kondisi sampel penyu yang sudah membusuk menyebabkan pihak laboratorium kesulitan menganalisis sampel penyu yang dikirim.

Baca juga: Tuntut keadilan ekologis, 4 bangkai penyu dibawa ke kantor gubernur

Sampel penyu yang dikirimkan ke laboratorium itu adalah penyu yang saat ditemukan mati tidak terdapat sampah pada saluran pencernaannya. Sampel penyu yang dikirimkan ini saluran pencernaannya dalam kondisi normal.

Sampel penyu yang dikirimkan itu meliputi bagian dalam perut penyu seperti saluran pencernaan, hati, ginjal dan seluruh bagian usus. Dalam proses pengiriman, pihak BKSDA Bengkulu - Lampung mengklaim bagian dalam dan perut penyu ini dikirim dalam kondisi terbungkus dan aman sehingga tidak terjadi penguapan yang menyebabkan terkontaminasi zat kimia lain.

Mengingat ada beberapa bagian sampel penyu yang sudah membusuk, pihak laboratorium Balai Besar Penelitian Venteriner Bogor mengaku kesulitan melakukan pemotongan mikrokom atau pemotongan secara tipis bagian penyu untuk dilakukan pemeriksaan menggunakan mikroskop.

"Sampel yang sudah membusuk ini tentu mempengaruhi hasil uji laboratorium. Maka hasil uji laboratorium yang sudah keluar itu menyebutkan ada yang bisa dianalisis dan ada yang tidak. Jadi kita pakai hasil yang bisa dianalisis," kata dokter Yanti.


Gubernur sebut hasil uji lab bukan sesuatu yang baru

Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah saat diwawancarai usai membuka kegiatan pelatihan dokter hewan dalam mitigasi konflik satwa liar di kantor BKSDA Bengkulu - Lampung, Rabu (29/1) lalu mengatakan, penyebab kematian penyu berdasarkan hasil uji laboratorium itu bukan merupakan sesuatu hal yang baru. "Saya kira hasilnya juga bukan sesuatu yang baru," kata Rohidin.

Gubernur Bengkulu meminta pihak BKSDA Bengkulu - Lampung dan pihak terkait lainnya untuk lebih transparan dalam mengumumkan hasil uji laboratorium terhadap sampel penyu yang dikirimkan ini.

Gubernur Bengkulu juga meminta hasil uji laboratorium ini agar dikoordinasikan dengan berbagai pihak terkait seperti pihak PLTU batubara Bengkulu yakni PT TLB yang diduga berbagai pihak menjadi sumber penyebab kematian penyu dan pihak pemerhati lingkungan hidup.

"Kita butuh transparansi untuk mengungkap apa penyebab kematian penyu ini. Saya kira menginterpretasikan hasil uji lab ini bukan langsung terbuka, juga bukan berarti merahasiakan tetapi harus jelas parameternya dan punya kepastian. Yang menginterpretasikan juga harus ahlinya dan nanti yang bertanggungjawab langsung dengan temuan-temuan ini siapa," papar Rohidin.
 
Terpisah, Asisten II Setda Pemerintah Provinsi Bengkulu, Yuliswani dalam kesempatan rilis hasil uji laboratorium terhadap penyebab kematian penyu di kantor Gubernur Bengkulu, Jumat (31/1) meminta awak media di Bengkulu untuk membuat pemberitaan yang positif terhadap kasus kematian penyu ini. Terlebih hasil uji laboratorium ini menyimpulkan kematian penyu bukan disebabkan pencemaran limbah air bahang PLTU batubara Bengkulu.

Kata Yuliswani, dengan pemberitaan negatif yang menyebut penyu di Bengkulu mati karena terpapar limbah PLTU batubara Bengkulu akan mengakibatkan kunjungan wisatawan menurun dan menghambat investor untuk menanamkan modalnya di Bengkulu.

"Kalau pemberitaan negatif siapa yang mau datang ke Bengkulu, jadi mohon kami Pemerintah Provinsi Bengkulu maupun instansi vertikal sangat banyak harapan kepada wartawan kita ini untuk dapat bersama-sama kita berusaha bagaimana pembangunan di Provinsi Bengkulu ini dapat berjalan dengan baik, aman dan tentu itu semua karena ada juga kontribusi dari teman-teman wartawan untuk memberitakan hal-hal yang baik di Provinsi Bengkulu ini," kata Yuliswani.

Baca juga: Sikapi kematian penyu di Bengkulu, tim investigasi penting dibentuk

Baca juga: Petugas BKSDA Bengkulu akan bedah 4 penyu mati dekat PLTU

Dalam kesempatan ini, Yuliswani juga menegaskan, berdasarkan hasil uji laboratorim yang dilakukan berbagai pihak sejak beberapa waktu lalu tidak ada yang menyimpulkan kematian penyu ini diakibatkan oleh limbah PLTU batubara Bengkulu.

Yuliswani mengatakan, jika masih ada pihak yang menyebut kematian penyu ini disebabkan oleh limbah air bahang PLTU batubara Bengkulu untuk menyerahkan bukti terkait hal itu. Jangan sampai pernyataan yang menyebut limbah PLTU batubara Bengkulu sebagai penyebab kematian penyu hanya didasari atas pemikiran atau perkiraan semata.

"Kalau misalnya ada yang menyatakan bahwa ini karena dari limbah, mana buktinya mana, mana hasil lab-nya, harus ada pembanding dari yang sudah dilakukan oleh seluruh instansi ini. Jadi jangan lagi cuma pemikiran, cuma diperkirakan. Ini sudah hasil uji semua yang kita sampaikan, jadi jangan lagi perkiraan," kata Yuliswani.

Disisi lain, terkait belum jelasnya penyebab kematian penyu di perairan pantai Teluk Sepang, Kota Bengkulu secara beruntun ini, Yayasan Kanopi Hijau Indonesia mendesak Gubernur Bengkulu mencabut izin lingkungan PLTU batubara Bengkulu.

Yayasan Kanopi Hijau Indonesia juga mendesak kepolisian memproses pelanggaran hukum atas pembuangan limbah cair PLTU batubara Bengkulu yang diketahui belum memiliki izin dan mendesak BKSDA Bengkulu - Lampung mengungkap dan mengusut kematian 28 ekor penyu di perairan Pantai Bengkulu.

Pewarta: Carminanda

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020