Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, Susilawati mengatakan kasus stunting di Kota Bengkulu selama tahun 2019 tercatat hanya sekitar 0,2 persen saja, dengan jumlah ini Kota Bengkulu dinyatakan sebagai daerah bukan stunting.

"Angka stunting di Kota Bengkulu kurang dari 0,2 persen, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan kabupaten lain di Provinsi Bengkulu yang dinyatakan sebagai daerah stunting. Kalau Kota Bengkulu tidak dinyatakan sebagai daerah stunting," kata Susilawati di Bengkulu, Selasa (18/2).

Susilawati menjelaskan, pihaknya secara rutin terus melakukan berbagai upaya untuk mencegah meningkatnya angka stunting ini. Salah satunya dengan memberikan obat penambah darah kepada remaja perempuan di Kota Bengkulu.

Upaya lainnya, kata Susilawati, yakni dengan memantau pertumbuhan bayi melalui posyandu yang dilakukan setiap bulan. Posyandu juga memberikan makanan tambahan untuk menunjang gizi bayi. Selain itu juga memberikan pemahaman kepada orang tua bayi tentang pencegahan stunting.

"Kalau angkanya tidak lebih dari 5-10 kasus. Di Posyandu ketika ditemukan ada stunting langsung dicatat kemudian langsung kita tindaklanjuti dan tim akan turun kembali, karena mengukur ini bisa saja pada saat yang berbeda dengan alat yang berbeda maka hasilnya bisa berbeda. Jadi kita tidak bisa cepat-cepat menyatakan ini stunting," papar Susilawati.

Susilawati menambahkan, dari beberapa kasus stunting di Kota Bengkulu ini, kebanyakan didului dengan penyakit lainnya seperti penyakit TBC dan HIV Aids. Belum ditemukan ada anak stunting yang tidak diiringi penyakit lain.

"Kebanyakan mereka ini punya penyakit penyerta bukan karena dia sehat dan stunting. Misalkan dia ada penyakit TBC dan Hiv Aids. Sekarang kita menyiapkan para ibu agar sehat dan tidak melahirkan anak stunting. Banyak anak-anak yang pendek tetapi dia sehat, saya tidak mau menyebut anak ini stunting," papar Susilawati.

Pewarta: Carminanda

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020