"Sebab kita saat ini fokus melakukan pencegahan, jadi semua program dimasifkan untuk menekan angka stunting di Kota Bengkulu," kata dia di Sekretariat Daerah Kota Bengkulu, Senin.
Melalui rembuk stunting, dirinya memastikan pelaksanaan rencana kegiatan intervensi pencegahan dan penurunan stunting dilakukan secara bersama-sama antara organisasi perangkat daerah (OPD) sebagai penanggung jawab layanan dengan pihak terkait serta masyarakat.
Eka berharap angka stunting di Kota Bengkulu mengalami penurunan hingga menjadi satu digit, sebab pada prevalensi stunting di Kota Bengkulu mengalami penurunan dari 22,2 persen pada 2021 menjadi 12,9 persen di 2022.
Sementara itu, Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu mencatat sebanyak 97.327 keluarga di wilayah tersebut berisiko stunting.
Hal tersebut berdasarkan hasil pemutakhiran pendataan keluarga (PPK) 2023 yang tersebar di berbagai tingkat kesejahteraan dan daerah yang ada di Provinsi Bengkulu.
Dengan adanya temuan tersebut, BKKBN Bengkulu terus meningkatkan kolaborasi lintas sektor dalam program percepatan penurunan stunting dengan menyasar keluarga berisiko stunting sesuai dengan peraturan presiden nomor 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting.
Pencegahan stunting yang dilakukan mencakup berbagai penyebab langsung dan tidak langsung yang membutuhkan kerja sama lintas sektor dari pemerintah, swasta, dunia usaha serta masyarakat.
Kemudian, intervensi sensitif juga dilakukan melalui sosialisasi kesehatan untuk mencegah anemia pada remaja dan menyasar pada pendidikan usia perkawinan (PUP) untuk remaja perempuan berusia 21 tahun ke atas.
Selanjutnya, penanganan stunting pada anak yang paling efektif dilakukan sebelum usia 2 tahun tepatnya pada 1.000 hari pertama kehidupan, sehingga ibu hamil perlu memperhatikan asupan gizi sejak awal kehamilan.