Jakarta (Antara Bengkulu) - Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menyatakan penyelenggaraan festival musik seperti Java Jazz Festival tidak perlu mengandalkan dukungan dari industri rokok.
"Penyelenggaraan Java Jaz Festival 2009-2011 yang tidak disponsori produk rokok telah mementahkan pernyataan para musisi dan penyelenggara bahwa acara musik tidak didukung industri selain rokok," kata Ketua Umum Komnas PA Arist Merdeka Sirait melalui siaran pers diterima di Jakarta, Senin.
Menurut pantauan Komnas PA, penyelenggaraan Java Jazz Festival 2012 membuktikan acara tersebut tidak hanya diikuti orang dewasa melainkan juga anak-anak dan remaja.
Meskipun dalam berbagai media iklan yang mempromosikan acara tersebut tertulis bahwa rokok hanya untuk usia 18 tahun ke atas, tetapi hal itu tidak dapat melindungi anak dari iklan dan pengaruh rokok.
"Ketika industri rokok memberikan 'sponsorship' untuk acara-acara olahraga dan musik, mereka sesungguhnya menargetkan supaya anak-anak menganggap merokok itu 'cool' dan hebat," tutur Arist Merdeka Sirait.
Bentuk pemasaran seperti itu, kata Arist, mengakibatkan banyak anak di bawah umur tergoda untuk mengonsumsi rokok tanpa mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan bagi kesehatan.
"Tugas kitalah sebagai orang dewasa untuk memberikan perlindungan bagi generasi penerus bangsa," ujarnya.
Survei yang dilakukan Komnas PA menunjukkan 81 persen remaja Indonesia pernah menghadiri acara yang disponsori perusahaan rokok. Sementara itu, prevalensi perokok anak dan remaja usia 10-14 tahun meningkat enam kali lipat dalam 12 tahun.
Menurut Komnas PA, itu membuktian adanya korelasi yang kuat antara agresifnya iklan, promosi dan sponsor rokok dengan meningkatnya prevalensi merokok anak.
Iklan, promosi dan sponsor membangkitkan alam bawah sadar anak sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi-informasi yang didengar, dilihat dan dialami.
"Dengan paparan seperti itu, ditambah pengamatan lingkungan orang tua dan teman yang merokok, akan terbentuk pola pikir anak yang menganggap perlu merokok agar diterima dalam pergaulan," kata psikolog Liza Marielly Djapri. (Antara)
Komnaspa: Musik Indonesia tak perlu industri rokok
Senin, 4 Maret 2013 11:36 WIB 1054