Jakarta (ANTARA) - Pegiat literasi Heri Hendrayana Harris atau Gol A Gong dikukuhkan menjadi Duta Baca Indonesia oleh Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando di Jakarta, Jumat.
“Sosok Duta Baca bukan sekedar penyambung lidah program pemerintah tetapi juga sebagai seorang influencer, opinion leader, motivator, penggerak hati masyarakat agar mau menjadikan aktivitas baca sebagai budaya dalam keseharian sehingga nantinya berdampak positif pada pertumbuhan literasi di Tanah Air,” ujar Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.
Sebelumnya, Duta Baca Indonesia dijabat oleh Najwa Shihab. Syarif menambahkan eksistensi, dedikasi, totalitas dan semangat Gol A Gong meski di tengah keterbatasan sudah memberi bukti bahwa aksi lebih penting dari sekedar narasi.
Ditunjuknya Gol A Gong adalah representasi pilihan publik. Perpustakaan Nasional secara khusus menyebarkan kuesioner digital pada periode kuartal akhir 2020, bersamaan dengan kegiatan webinar. Dari aspirasi yang dihimpun Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpustakaan Nasional, sebanyak 60 persen dari total 10.800 kuesioner yang masuk menghendaki latar belakang pegiat literasi menjadi yang paling pantas sebagai suksesor kesuksesan program DBI selanjutnya.
Selama lebih dari tiga dekade Gol A Gong bergelut dengan aktivitas keliterasian. Berprofesi sebagai sastrawan sekaligus pendiri Rumah Dunia yang berada di Serang, Banten, Gol A Gong pernah didaulat menjadi Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Indonesia.
Ratusan karya cetak (buku) telah ditulisnya. Sederet penghargaan penting pernah diraihnya, diantaranya Nugra Jasadarma Pustaloka pada 2007, Literacy Award, Anugerah Peduli Pendidikan, Tokoh Sastra Indonesia, Anugerah Kebudayaan Indonesia, Tokoh Penggerak Literasi, serta Penghargaan Literasi Anti Korupsi dari KPK.
Pada kesempatan yang sama, juga diselenggarakan Talk Show Bersama Duta Baca Indonesia bertemakan ‘Berdaya Dengan Buku’ yang turut mengetengahkan narasumber anggota Komisi X DPR Rano Karno, Direktur Utama PT. Balai Pustaka Achmad Fachrodji, dan Abang Buku DKI Jakarta Satria Bahar.
Syarif mengatakan satu langkah kebodohan diawali dari keengganan membaca.
“Tidak akan terbentuk literasi tanpa kedalaman pengetahuan. Maka, penting menanamkan benih kegemaran membaca sejak dini dan terus membiasakan sampai akhir hayat,” kata Syarif lagi.