Sleman (Antara Bengkulu) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Daerah Istimewa Yogyakarta masih mengidentifikasi laporan warga terkait dugaan turunnya macan tutul habitat Gunung Merapi yang memangsa ternak milik warga di Dusun Kopeng, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.
"Kami telah menerima laporan adanya dugaan macan Merapi yang turun ke pemukiman warga di Kepuharjo, Cangkringan. Kami saat ini masih melakulan identifikasi," kata Kepala Seksi Konservasi, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DIY Titik Sudaryanti, Selasa.
Menurut dia, pihaknya belum bisa memastikan apakah itu memang benar macan atau bukan.
"Kami masih mengumpulkan semua informasi, dari jejak-jejaknya, dan saat ini juga dikoordinasikan dengan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM)," katanya.
Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) TNGM Asep Nia Kurnia mengatakan, setelah datang ke lokasi, dilihat dari jejak-jejaknya, memang itu macan tutul.
"Kalau dilihat dari jejak kakinya yang besar, itu memang macan tutul. Dan bisa jadi, macan tutul itu lebih dari satu," katanya.
Ia mengatakan, kalau melihat letak kandang kambing etawa, macan tersebut berani turun mendekat karena kandang tersebut jauh dari rumah warga dan berada di tengah perkebunan.
"Tahun lalu kami juga temukan jejak macan di Srimanganti (lereng Merapi sisi selatan)," katanya.
Asep mengatakan, dari peristiwa tersebut, pihaknya merasa senang karena itu mengindikasikan kalau hutan di sisi selatan Gunung Merapi sudah mulai pulih dari kerusakan akibat erupsi Merapi 2010.
"Ini bagus, kami senang karena hutan lereng Merapi habitatnya mulai pulih," katanya.
Ia mengatakan, macan tutul merupakan jenis hewan yang dilindungi. Atas dasar, peraturan pemerintah nomor 7 tahun 1999 mengenai perlindungan hewan.
"Untuk itu, perlakuan hewan yang sudah dilindungi itu berbeda. Ada sanksi hukumnya," katanya.
Sebetulnya, kata dia, jika kandang ternak milik warga tersebut tidak mengundang, maka macan tutul tersebut tidak akan mengganggu.
"Perlu diinformasikan dan diwaspadai juga, kalau ada warga yang menemui anak macan tutul untuk tidak diganggunya," katanya.
Ia mengatakan, jika diganggu dikhawatirkan anak macan tersebut akan mendekat ke induknya dan berbahaya.
"Dua tahun yang lalu, di Merbabu ada korbannya manusia yang diterkam macan. Peredaran macan setiap harinya menjangkau 16 kilometer. Jadi kami hanya bisa mengimbau saja, warga jika mendirikan kandang ternak jangan jauh dari permukiman," katanya.(Antara)
BKSDA identifikasi dugaan turunnya macan Merapi
Rabu, 21 Agustus 2013 9:41 WIB 2735