Jakarta (Antara) - Indonesia, Malaysia, dan Singapura bekerja sama dalam meningkatkan keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim di kawasan perairan di Selat Malaka dan Selat Singapura.
"Diharapkan ketiga negara dapat saling tukar bertukar pikiran, berbagi ide serta serta membicarakan atau menemukan mekanisme kerja sama yang terbaik bagi kawasan Selat Malaka dan Selat Singapura yang telah dibentuk sejak tahun 2007," kata Menteri Perhubungan Evert Erenst Mangindaan dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Menurut Menhub, mekanisme tersebut dibentuk dengan tujuan utama untuk memberi kesempatan kepada negara pengguna, industri pelayaran dan para pemangku kepentingan lainnya.
Hal itu, ujar dia, agar berbagai pihak dapat turut berkontribusi dan berbagi tanggung jawab dalam pemeliharaan lingkungan dan peningkatan keselamatan pelayaran di Selat Malaka dan Selat Singapura.
Ia mengemukakan, kontribusi dari para pemangku kepentingan tersebut, dihimpun dalam bentuk "trust fund" yang pengelolaannya diserahkan kepada tiga negara pantai yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura dalam wadah yang bernama Aids to Navigation (ANF).
"Mekanisme tersebut menjadi kerangka acuan praktis dan efektif bagi kerjasama internasional di selat tersebut. Negara-negara pantai di wilayah tersebut telah bergerak cepat dan menunjukkan tekad kuat untuk bekerjasama dalam upaya meningkatkan keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan berdasarkan mekanisme tersebut," katanya.
Sebagaimana diberitakan, Indonesia membahas peningkatan kerja sama pemantauan laut dalam KTT APEC dengan sejumlah negara di kawasan Asia Pasifik dalam rangka menjaga keamanan sumber daya kelautan dan perikanan.
"Forum APEC dapat menjadi media bagi promosi pengelolaaan sumberdaya kelautan dan perikanan lainnya di kawasan Asia Pasifik," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo di Nusa Dua, Bali, Selasa (8/10).
Menurut dia, Indonesia akan memperoleh manfaat yang sangat potensial dari kerja sama di bidang keamanan dan pemantauan di lautan karena letak Indonesia yang dinilai unggul dalam geoekonomis, geopolitis, dan geostrategis.
"Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mengusulkan Balai Riset dan Observasi Kelautan di Perancak, Bali," katanya.
Ia juga mengatakan, Balai Riset dan Observasi Kelautan tersebut diharapkan dapat memantau perkembangan ekonomi negara anggota APEC dalam bidang kelautan dan perikanan, khususnya dalam menindaklanjuti hasil forum APEC.
"Ada tiga bidang kerja sama yang di uraikan dalam rencana kerja tersebut, yaitu penguatan ketahanan pangan dan keamanan pangan, kesehatan laut dan perlindungan lingkungan laut, serta yang terakhir terkait laut sebagai penghubung ekonomi APEC," katanya.