Jakarta (ANTARA) - Dewan Penasihat Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Sarwono Kusumaatmadja, berpendapat Indonesia sudah memberikan signal jelas terkait kesetaraan jender dalam menghadapi persoalan krisis iklim.
"Saya rasa dalam hal kesetaraan jender Indonesia juga memberikan signal jelas," kata dia, berbicara dalam sesi "Pesan Iklim dari Glasgow: Indonesia's Leadership in Climate Change" yang diikuti secara daring dari Jakarta, Selasa.
Mantan menteri negara Lingkungan Hidup era Presiden Suharto itu mengatakan terkait dengan gender, Indonesia juga sudah memberikan contoh, di mana tiga orang menteri yang mendampingi Presiden Joko Widodo menghadiri KTT Perubahan Iklim PBB 2021 di Glasgow, Skotlandia, saat ini adalah perempuan. Ada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, dan Menteri Keuangan, Sri Mulayani.
"Dan ini simbolisme penting, karena perjuangan menghadapi krisis iklim hanya bisa dilakukan dalam suasana inklusif, setara dan nondiskriminatif," ujar Kusumaatmadja.
Indonesia, menurut dia, bisa bangga mempunyai kombinasi itu untuk melakukan perubahan. "Dan kita bisa lihat banyak sekali negara di dunia yang punya masalah kesetaraan jender Pada saat yang sama mempunyai masalah kemiskinan ekstrem, migrasi tidak terkendali dan kekerasan".
Ia mengatakan Indonesia memiliki permasalahan itu tapi dalam skala yang dapat ditoleransi, lebih kecil. Jadi kesetaraan gender memang bahan yang harus ada dalam memerangi krisis iklim, apalagi jika mengingat perempuan mempunyai peran yang khas sebagai pengasuh, pelindung.
Isu kesetaraan gender di zona hijau acara sampingan Conference of Parties 26 (COP26) yang sedang berlangsung di Glasgow, Skotlandia, sedang berhembus kencang. Organisasi masyarakat sipil, swasta, masyarakat umum mengangkat isu tersebut.
Menurut dia, terkait isu pelibatan perempuan dalam mengatasi krisis iklim tentu bisa dilakukan di Indonesia, mengingat posisi Indonesia betul-betul baik di COP26 ini.