"Hari ini rafflesia bengkuluensis kembali mekar," kata Sofian Ramadhan dalam pesan singkatnya yang saya terima, Minggu pagi.
Tak lama berselang, sebuah foto bunga rafflesia berwarna merah pucat masuk ke dinding akun "facebook" milik saya.
"Kami sudah melihat langsung habitatnya di lembah Sungai Padang Guci, masih banyak calon bunga lain yang siap mekar," tulis Sofian di kolom komentar dalam foto itu.
Sofian yang merupakan Koordinator Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) memang rutin mengabarkan ke sejumlah pewarta bila ada bunga langka yang mekar di kawasan hutan Bengkulu.
Termasuk bunga Rafflesia bengkuluensis yang mekar di hutan dekat Desa Manau Sembilan Kecamatan Padang Guci, Kabupaten Kaur, berjarak 200 kilometer dari Kota Bengkulu.
Bunga langka itu awalnya ditemukan warga desa setempat, lalu informasi menyebar hingga salah seorang guru bantu bernama Nopri Anto meneruskan informasi ke Sofian Ramadhan.
"Ini unik, karena bunga rafflesia jenis bengkuluensis belum pernah kami temukan di habitatnya, baru lihat di foto," ujar Sofian saat ditanya lebih lanjut.
Rafflesia bengkuluensis pertamakali diidentifikasi oleh tiga akademisi yakni Agus Susatya dari Universitas Bengkulu dan dua lainnya Arianto dan Mat-Salleh, dari salah satu universitas di Malaysia.
Penemuan jenis bengkuluensis membuat pakar menyimpulkan bahwa di hutan Bengkulu terdapat empat jenis rafflesia yakni arnoldii, bengkuluensis, hasselti dan gadutensis.
Nopri Anto, warga Desa Manau Sembilan saat dihubungi dari Bengkulu mengatakan Rafflesia bengkuluensis sering mekar di kawasan hutan di lembah Sungai Padangguci itu.
"Oleh masyarakat itu sudah biasa, bunga sekedei namanya kalau dalam bahasa lokal," kata dia.
Namun, bagi guru bantu di SD Negeri 8 Desa Manau Sembilan ini, bunga tersebut sangat menarik perhatiannya. Bahkan ia mencari informasi di dunia maya untuk mengetahui bunga itu.
Merasa bahwa bunga tersebut benar-benar unik dan langka, Nopri mengontak anggota komunitas peduli puspa langka Bengkulu dan berhasil mendapat informasi utuh tentang rafflesia.
"Setelah kami mencari informasinya di internet, ternyata bunga ini benar-benar langka dan dilindungi," ujarnya.
Nopri dan pemuda setempat bertekad melestarikan puspa langka itu dengan membentuk komunitas yang diberi nama Komunitas Pemuda Padang Guci Peduli Puspa Langka.
Rimba Kaur
Pakar flora raflesia dari Universitas Bengkulu Agus Susatya mengatakan bahwa kawasan hutan di Kabupaten Kaur, Bengkulu, merupakan salah satu lokasi habitat Rafflesia bengkuluensis.
"Hutan Kaur memang lebih spesifik untuk habitat jenis bengkuluensis," kata penemu Rafflesia bengkuluensis ini.
Pada tahun 2005, dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ini bersama Arianto dan Mat-Salleh, dua orang dosen di salah satu universitas di Malaysia, mengidentifikasi satu jenis bengkuluensis.
Agus mengatakan bunga rafflesia jenis bengkuluensis yang mereka identifikasi tersebut berasal dari Talangtais, berjarak 7 kilometer dari Tanjungkemuning Kecamatan Padang Guci, Kaur.
Bunga rafflesia yang ditemukan warga di sekitar Desa Manau Sembilan itu, setelah diperiksa ramentanya, atau bulu-bulu bagian dalam bunga, dipastikan jenis bengkuluensis.
Menurutnya ada beberapa cara untuk mengidentifikasi jenis rafflesia dimana perbedaan bagian ramenta yang paling menentukan.
"Ramenta bengkuluensis lebih pendek dan lebih kecil dibanding jenis `Rafflesia arnoldii`," ucapnya.
Perbedaan lain tambah dia terdapat pada bagian perigon atau kelopak bunga dimana pada jenis arnoldii warna perigon lebih merah tegas, sedangkan pada bengkuluensis berwarna merah muda.
Demikian juga ukuran perigon, pada jenis arnoldii lebih besar dibanding jenis bengkulueensi, termasuk bercak putih pada perigon di arnoldii lebih kontras dibanding bercak pada bengkuluensis.
"Termasuk ukuran atau diameter bunga, pada arnoldii lebih besar antara 50 cm hingga 100 cm, sedangkan bengkuluensis sekira 30 hingga 50 cm," ujarnya.
Agus mengatakan perlu perhatian lebih serius terhadap masa depan puspa langka di Bengkulu, termasuk empat jenis rafflesia yang tumbuh di hutan-hutan di wilayah itu.
Perambahan hutan atau alih fungsi kawasan hutan menjadi permukiman dan perkebunan, menjadi ancaman utama kelestarian flora unik yang menjadi ikon Bengkulu itu. (Antara)
Eloknya Rafflesia bengkuluensis di rimba Kaur
Minggu, 2 Maret 2014 19:10 WIB 1323