Jakarta (ANTARA) - Tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10) yang menewaskan setidaknya 127 orang menjadi tragedi yang menelan korban jiwa terbesar kedua dalam sejarah kerusuhan di stadion sepak bola.
Tragedi pertama dengan jumlah korban jiwa terbesar, dikutip dari laman footballgroundguide.com, Minggu, terjadi di Stadion Nasional (Estadio Nacional), Lima, Peru, saat laga Peru vs Argentina pada 1964.
Kejadian yang menewaskan 326 orang tersebut terjadi akibat kerusuhan di dalam stadion dan dihalau polisi yang membuat penonton panik berlari di pintu keluar yang ternyata masih tertutup dan membuat banyak yang terinjak-injak.
Baca juga: Kerusuhan di stadion Kanjuruhan viral di China
Baca juga: Korban tragedi stadion Kanjuruhan Malang bertambah jadi 129 orang
Tragedi kedua terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10) malam, usai pertandingan antara tuan rumah Arema FC yang kalah melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3.
Suporter Arema FC yang kecewa dengan kekalahan itu melampiaskan dengan turun ke lapangan mengejar pemain dan ofisial sehingga polisi berupaya menghalau, termasuk menembakkan gas air mata.
Penonton yang panik berlari ke pintu keluar sehingga terjadi penumpukan. Akibatnya fatal, banyak penonton yang terinjak-injak, terhimpit, dan sesak nafas.
Selain korban meninggal dunia, tercatat ada 13 unit kendaraan yang mengalami kerusakan, 10 di antaranya merupakan kendaraan Polri.
Baca juga: Keluarga yang kehilangan anak saat tragedi Kanjuruhan diminta lapor
Baca juga: Ribuan polisi mengheningkan cipta terkait tragedi Kanjuruhan
Tragedi Kanjuruhan terbesar kedua dalam sejarah kerusuhan di stadion bola
Minggu, 2 Oktober 2022 11:52 WIB 1361