Bengkulu (Antara) - Kerukunan Keluarga Tabot (KKT) Bengkulu, Provinsi Bengkulu, meminta penyelenggara Festival Tabot 2015 menonjolkan ritual dan budaya yang menjadi judul kegiatan tersebut sehingga tidak lagi terkesan hanya pasar rakyat.
"Berkaca dari tahun yang lalu, ritual tabot tergeser hanya karena kegiatan pendampingseperti pasar rakyat. Malahan orang menilai festival tabot di Bengkulu adalah 'event' pasar rakyat tahunan," kata Sekretaris KKT Bengkulu, Heriandi Amin di Bengkulu, Selasa.
Dia mengatakan, Festival Tabot harus kembali ditampilkan secara sakral seperti ritual seperti zaman dahulu demi menjadikan unsur budaya daerah ini sebagai warisan budaya dunia.
"Kami sudah berbicara dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Padang, Sumatera Barat, dan saat ini sedang mengkaji latar belakang dan sejarah tabot, jika menjadi warisan budaya dunia, bukan hanya Bengkulu, Indonesia akan bangga," kata dia.
Menurut Heri, tim BNPB Padang akan kembali mengunjungi Bengkulu terkait merampungkan kajian tabot, pada hari penyelenggaraan festival, yakni pada 14 Oktober 2014.
"Kami berharap komitmen Pemerintah Provinsi maupun Kota Bengkulu untuk menyukseskan agenda tabot menjadi warisan budaya dunia, yakni dengan pengelolaan kegiatan yang baik, bukan mengutamakan acara selingan menjadi acara utama sedangkan acara inti, yakni tabot sendiri menjadi hilang," ucapnya.
Selain itu, dia mengatakan, pihaknya juga meminta penyelenggaraan Festival Tabot 2015 lebih profesional, sehingga memiliki nilai jual wisata, tidak hanya pelancong domestik, namun berskala internasional.
"Jika penyelenggaraan seperti tahun lalu, penataan lokasi pasar rakyat masih semrawut, saya tidak yakin akan memiliki nilai jual, malahan memberikan kesan buruk terhadap turis, dan akan berefek, karena kegiatan kita dicap mengecewakan," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kota Bengkulu, Bujang HR berjanji akan memperbaiki tata kelola pasar rakyat yang tergabung dalam kegiatan festival tabot.
"Kita akan coba banahi dan difokuskan, kita tidak mengharapkan pendapatan daerah hanya dari pasar rakyat, namun jika kegiatan ini bisa menarik minat wisatawan, tingkat hunian otomatis meningkat, dan PAD pasti besar," ujarnya.