Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi meminta Amerika Serikat membantu meredakan konflik Iran dan Israel yang pecah setelah Teheran pada Sabtu (13/4) membalas serangan Tel Aviv terhadap kantor konsulatnya di Damaskus, Suriah, awal April.
Dalam upaya deeskalasi konflik di kawasan Timur Tengah itu, Retno mengatakan dia telah menelepon sejumlah mitranya, termasuk Wakil Menlu AS Kurt M Campbell pada Selasa pagi waktu Jakarta.
“Kita tahu Amerika Serikat punya peran yang sangat besar untuk dapat menggunakan pengaruhnya agar deeskalasi terjadi,” katanya usai mengikuti rapat tertutup merespons konflik Iran-Israel, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa.
Karena itu, Retno mendesak Campbell untuk menggunakan “pengaruh besar AS” dalam meredakan konflik di Timur Tengah agar tidak semakin meluas dampaknya.
Menurut laporan media, serangan Israel terhadap kantor konsulat Iran di Damaskus pada 1 April itu menewaskan sedikitnya 13 orang, termasuk tujuh penasihat militer Iran.
AS, yang adalah sekutu Israel, kembali menegaskan komitmen negaranya terhadap keamanan Israel dan menggarisbawahi perlunya meredam konflik agar tidak meluas.
Sebelumnya pada Senin (15/4), Menlu Retno telah menelepon Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian, yang disebutnya memiliki hubungan baik dengan Indonesia.
Dalam pembicaraan yang berlangsung sekitar 50 menit, ia menegaskan bahwa eskalasi tidak akan membawa manfaat bagi siapa pun.
Dia pun telah berdiskusi dengan sejumlah pihak yang dianggap memiliki pengaruh, baik terhadap keputusan Iran maupun Israel, seperti Arab Saudi, Yordania, Mesir, Uni Emirat Arab, Turki, Belanda, dan Jerman.
“Jadi upaya diplomatik terus kita jalankan agar deeskalasi terjadi,” tutur Retno.
Namun, dalam upaya Indonesia menengahi kedua pihak yang berkonflik, Retno menegaskan bahwa RI tidak berencana menormalisasi hubungan dengan Israel.
Pemberitaan terkait pembukaan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel seringkali muncul di tengah isu-isu Timur Tengah, termasuk ketika Indonesia menegaskan komitmennya mendukung perjuangan Palestina.
“Oh enggak (ada rencana normalisasi). Dari waktu ke waktu selalu ada pihak-pihak yang mengatakan sudah waktunya Indonesia melakukan normalisasi (hubungan dengan Israel), tetapi sejauh ini posisi kita tetap no (tidak),” kata Retno menegaskan.