Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk (BNI) buka suara menanggapi rencana pelepasan atau divestasi saham di PT Bank Syariah Indonesia Tbk (kode saham: BRIS).
Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini saat konferensi pers Paparan Kinerja Semester I 2024 di Jakarta, Kamis, menyampaikan bahwa perkembangan perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin kuat di mana BSI memiliki posisi yang signifikan dalam industri syariah.
Sebagai salah satu pemegang saham, ujar Novita, BNI mendukung penuh inisiatif BSI yang dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan nilai perusahaan.
“Jika inisiatif tersebut melibatkan perubahan strategi investasi kami di BSI, kami akan memastikan bahwa setiap transaksi dilakukan secara arm's length dengan tata kelola yang prudent,” kata Novita, menjawab pertanyaan media mengenai alasan BNI yang membutuhkan waktu lama untuk mempublikasikan laporan keuangan semester I 2024 serta kaitannya dengan rencana divestasi saham BRIS.
Lebih lanjut, Novita mengatakan bahwa aspek-aspek yang akan dipertimbangkan oleh BNI antara lain aspek risiko, keuangan, serta penyusunan strategi jangka panjang dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam setiap pelaksanaannya.
“Sejauh ini belum ada informasi tambahan yang dapat kami sampaikan. Kami akan secara berkala melakukan update informasi secara proporsional sesuai dengan ketentuan yang berlaku terkait keterbukaan informasi kepada publik,” kata Novita.
BNI pada Kamis mengumumkan kinerja keuangan perseroan, dengan perolehan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp10,7 triliun pada semester I 2024. BNI menjadi bank dalam kategori Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) IV yang terakhir melaporkan kinerja keuangan semester I 2024 setelah Bank Mandiri, BRI, dan BCA.
Merespons hal tersebut, Novita mengatakan bahwa publikasi laporan keuangan dalam bentuk limited review pada Kamis ini sebenarnya masih sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 37/POJK.03/2019 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank.
Review laporan keuangan untuk BNI dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Rintis, Jumadi, Rianto & Rekan yang merupakan bagian dari jaringan global PwC.
Adapun pelaksanaan limited review laporan keuangan ini, jelas Novita, merupakan bagian dari aksi korporasi yang bertujuan untuk memperkuat anak perusahaan yang sudah termasuk dalam rencana bisnis bank tahun ini.
Selain itu, imbuh Novita, laporan keuangan limited review ini memberi manfaat tambahan di tengah kondisi perekonomian global yang masih menantang dan belum stabil.
“Terutama jika kami perlu menyerap likuiditas dari pasar melalui instrumen pasar modal. Langkah ini sifatnya lebih ke antisipatif dengan mempertimbangkan perkembangan kondisi makro dan juga kebutuhan likuiditas,” kata Novita.
Sebagai tambahan informasi, merujuk pada informasi di halaman website BSI, BNI menjadi pemegang saham BRIS mayoritas kedua dengan porsi sebesar 23,24 persen.
Sementara Bank Mandiri menjadi pemegang saham terbesar dengan porsi sebesar 51,47 persen dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) memegang saham 15,38 persen. Adapun porsi kepemilikan publik atas saham BSI sebesar 9,91 persen.
Wacana BNI untuk melepas saham BRIS telah dikabarkan sejak tahun 2023. Selain BNI, ada BRI yang dikabarkan akan melepas saham BRIS.
Pada Februari 2024, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, pihaknya telah menyiapkan opsi untuk divestasi saham BRI dan BNI di BSI, salah satunya terkoneksi dengan tabungan emas.
"Ada dua opsinya, satu cari strategic partner, kedua kita me-link dengan tabungan emas," ujar Erick pada saat itu.
Erick mengatakan Kementerian BUMN belum memiliki opsi untuk melepas saham BRI dan BNI di BSI kepada publik. Dia menginginkan BSI bisa mendapat mitra yang strategis, sehingga mampu meningkatkan daya saing dan masuk dalam 10 bank syariah terbesar di dunia.