Bengkulu (Antara-IPKB) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mentargetkan pada 2019 angka kelahiran usia remaja atau Age Specific Fertility Rate (ASFR) di tanah air turun.
Direktur Bina Ketahanan Remaja BKKBN, Eli Kusnaeli di Bengkulu mengatakan, sejak sepuluh tahun lalu BKKBN mengembangkan program pembinaan keluarga remaja salah satu upaya menekan angka kelahiran pada kelompok umur tertentu itu. Angka kelahiran usia remaja terus mengalami penurunan.
Survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 angka kelahiran usia remaja usia 15-19 sebesar 51/1.000 kelahiran hidup (kh). Dan pada hasil survei yang sama pada 2012 turun menjadi 48/1.000 kh, angka masih terbilang rendah yang hanya tiga poin, kata Eli Kusnaeli kepada wartawan di Bengkulu, Sabtu,26/3.
Melalui pengembangan program ketahanan keluarga remaja, "kita menargetkan pada SDKI 2019 ASFR dapat turun menjadi 30/1.000 kh."
Kelahiran pada wanita usia subur kelompok umur tersebut disebabkan terjadinya peristiwa nikah dini. Untuk menekan angka kelahiran pada kelompok umur tersebut perlu secara kontinu konseling masalah pernikahan dini.
Eli mengatakan, pernikahan dini itu terjadi pada kelompok dibawah usia 21 bagi wanita dan 25 pria. Batas usia itu belum ideal, dan belum matang baik dari asepk kesehatan, ekonomi maupun psikologi. "Pendewasaan usia kawin pertama itu merupakan bagian dari upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Ia menambahkan, sejak dikembangkannya program tersebut serta disahkannya UU No.52/2009 Tentang Perekembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. BKKBN rambah lembaga pendidikan dan organisasi masyarakat dan pemuda agama dengan kemasan pusat informasi konseling remaja dan mahasiswa (PIK-R/M).
Selain itu sejak beberapa tahun lalu tidak menyiakan komunitas pemuda dengan program Generasi Berencana (GenRe). Itu untuk membantu pemerintah dan masyarakat dalam peningkatan kualitas SDM, ujarnya.
"Indonesia dengan penduduk remaja capai 66 juta jiwa, merupakan jumlah yang besar dan perlu diberikan bekal pengembangan diri melalui keterapilan hidup atau life skill melalui PIK R/M.
"Pernikahan sebelum usia 18 tahun pada umumnya terjadi pada wanita Indonesia terutama dikawasan pedesaan," ujarnya.
Sementara itu, ditempat terpisah Kepala Perwakilan BKKBN Bengkulu Maryana mengatakan, terhadap ASFR pada usia 15-19, pemerintah setempat menjadikannya sebagai sasaran strategis dan indikator kinerja program kependudukan,KB dan pembangunan keluarga (KKBPK) 2015-2019.
"Pada 2017 kita targetkan ASFR sebesar 30/1.000 kh."
Di Provinsi Bengkulu masih amat perlu dikembangkan program pembinaan remaja dan keluarganya, mengingat kelahiran pada kelompok remaja masih terbilang tinggi sebesar 35/1.000 kh. Dan terdapat di beberapa kabupaten di daerah itu pun masih tinggi.
Age Specific Fertility Rate (ASFR) 15-19 tahun di Kabupaten Seluma, Bengkulu tergolong tinggi mencapai 69/1.000 kelahiran hidup.(rs)