Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu ditutup naik imbas penurunan kepercayaan konsumen Amerika Serikat (AS).
Pada akhir perdagangan Rabu, rupiah menanjak 85 poin atau 0,56 persen menjadi Rp15.102 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.187 per dolar AS.
"Mata uang rupiah mengalami penguatan imbas tersungkurnya kinerja mata uang dolar AS akibat rilis data hasil kepercayaan konsumen yang menurun memicu penawaran baru di pasar suku bunga untuk pemotongan jumbo lanjutan di bulan November," kata analis ICDX Taufan Dimas Hareva saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Taufan menuturkan kepercayaan konsumen AS memburuk secara keseluruhan pada Selasa, dan ekspektasi konsumen terhadap inflasi 12 bulan meningkat menjadi 5,2 persen. Konsumen juga melaporkan pelemahan umum dari prospek situasi keuangan keluarga enam bulan mereka, dan penilaian konsumen terhadap kondisi bisnis secara keseluruhan telah berubah menjadi negatif.
Di sisi lain, hal yang turut mendukung kinerja mata uang Rupiah adalah katalis dari China selaku salah satu negara rekanan utama Indonesia, di mana China mengumumkan langkah-langkah stimulus baru guna mengangkat roda perekonomian China yang masih tertekan oleh deflasi.
Gubernur People's Bank of China (PBoC) Pan Gongsheng mengumumkan bahwa China akan menurunkan rasio persyaratan cadangan (reserve requirement ratio/RRR) sebesar 50 basis poin (bps).
Gongsheng juga mencatat bahwa bank sentral akan menurunkan suku bunga repo 7 hari dari 1,7 persen menjadi 1,5 persen, dan mengurangi uang muka untuk rumah kedua dari 25 persen menjadi 15 persen.
Selain itu, PBoC memangkas suku bunga Fasilitas Pinjaman Jangka Menengah (MLF) satu tahun dari 2,30 persen menjadi 2 persen pada Kamis, menyusul penurunan terakhir pada Juli 2024, ketika suku bunga diturunkan dari 2,50 persen.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu meningkat ke level Rp15.092 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.186 per dolar AS.