Beirut (ANTARA) - Lebanon pada Senin (28/10) memperingatkan adanya potensi konflik internal akibat serangan udara dan darat Israel yang terus berlangsung.
"Hal yang paling mengkhawatirkan kami hari ini di Lebanon adalah konflik internal, sebagai akibat dari peningkatan gesekan antara warga Lebanon yang mengungsi dan penduduk di daerah tempat mereka dipindahkan akibat serangan Israel," kata Menteri Luar Negeri Abdullah Bou Habib dalam pidatonya di Forum Regional Uni Mediterania ke-9 di Barcelona, Spanyol.
Ia menyatakan bahwa sebagian besar daerah yang tidak terkena serangan Israel "telah menjadi tempat perlindungan bagi 1,4 juta orang yang mengungsi."
"Satu dari empat penduduk Lebanon telah menjadi tunawisma, dan sebagian dari mereka tidur di tanah, di tepi jalan dan trotoar," tambahnya.
Diplomat senior itu memperingatkan bahwa situasi ini "dapat meledak" jika serangan Israel tidak dihentikan segera.
"Kami meminta dukungan dan bantuan Anda untuk mencapai gencatan senjata, menerapkan Resolusi PBB 1701 secara seimbang oleh kedua belah pihak, dan meningkatkan kapasitas pertahanan kami," katanya kepada forum tersebut.
Resolusi PBB 1701, yang diadopsi secara bulat oleh Dewan Keamanan pada tahun 2006, menyerukan penghentian total permusuhan antara Hizbullah dan Israel serta pembentukan zona bebas dari personel bersenjata dan peralatan militer, kecuali untuk angkatan bersenjata Lebanon dan pasukan pemelihara perdamaian PBB (UNIFIL).
Bulan lalu, Israel meluncurkan serangan udara besar-besaran di Lebanon yang ditujukan pada apa yang mereka klaim sebagai target Hizbullah, dalam peningkatan dari setahun pertempuran lintas batas antara Israel dan kelompok tersebut sejak dimulainya serangan brutal Israel di Gaza.
Lebih dari 2.670 orang telah tewas dan hampir 12.500 terluka akibat serangan Israel sejak Oktober tahun lalu, menurut otoritas kesehatan Lebanon.
Israel memperluas konflik pada 1 Oktober dengan meluncurkan serangan darat ke selatan Lebanon.
Sumber: Anadolu