Khartoum (ANTARA Bengkulu) - Pasukan Sudan bentrok dengan kelompok gerilya di luar sebuah kota utama di wilayah Darfur yang dilanda pergolakan, kata Kantor Berita SUNA, Minggu.
Juru bicara militer al-Sawarmi Khalid mengatakan, pasukan angkatan darat terlibat dalam pertempuran dengan kelompok Tentara Pembebasan Sudan (SLA) yang dipimpin Minni Minnawi di lokasi sekitar 25 kilometer di luar al-Fasher, ibu kota Darfur Utara, pada Sabtu, siar SUNA.
Militer menyerang kelompok SLA yang sedang bersiap-siap membom al-Fasher, kata SUNA, dengan menambahkan bahwa gerilyawan yang selamat melarikan diri dengan meninggalkan amunisi mereka.
Belum ada pernyataan segera dari kelompok gerilya itu mengenai klaim tersebut.
Sebelumnya surat kabar terbesar Sudan al-Intibaha mengutip satu sumber militer yang mengatakan, gerilyawan membom daerah pinggiran al-Fasher, yang membuat penduduk ketakutan. Sawarmi membantah laporan itu.
Pada 28 Oktober, gerilyawan berusaha menghancurkan pangkalan udara al-Fasher sebagai pembalasan atas gempuran udara pemerintah dan serangan oleh milisi yang mendukung mereka di Darfur Utara.
Gerilyawan dari kelompok-kelompok kuat Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) dan SLA yang setia pada Minni Minnawi mengambil bagian dalam serangan tersebut.
Bentrokan-bentrokan antara pasukan Sudan dan gerilyawan masih terus berlangsung di Darfur meski misi penjaga perdamaian terbesar dunia UNAMID ditempatkan di wilayah Sudah barat itu.
Misi PBB-Uni Afrika di Darfur (UNAMID), yang kini berjumlah 23.500 orang dan merupakan misi penjaga perdamaian terbesar di dunia, ditempatkan di Darfur, Sudan barat, sejak 2007 untuk berusaha mengakhiri permusuhan antara pemberontak dan pemerintah Sudan.
PBB mengatakan, lebih dari 300.000 orang tewas sejak konflik meletus di wilayah Darfur pada 2003, ketika pemberontak etnik minoritas mengangkat senjata melawan pemerintah yang didominasi orang Arab untuk menuntut pembagian lebih besar atas sumber-sumber daya dan kekuasaan. Pemerintah Khartoum menyebut jumlah kematian hanya 10.000.
Pemerintah Sudan menandatangani sebuah perjanjian perdamaian sponsoran Qatar dengan sebuah aliansi kelompok pemberontak tahun lalu, namun kelompok-kelompok besar menolaknya.
Kelompok gerilya utama Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) menolak perjanjian itu, yang ditandatangani Sudan dan Gerakan Keadilan dan Kebebasan (LJR), sebuah kelompok pemberontak lain di Darfur.
JEM adalah satu dari sejumlah kelompok Darfur yang memberontak pada 2003 untuk menuntut otonomi lebih luas bagi wilayah barat yang gersang itu. Mereka kini dianggap sebagai kelompok pemberontak yang paling kuat di Darfur.
Perpecahan di kalangan pemberontak dan pertempuran yang terus berlangsung menjadi dua halangan utama bagi perundingan perdamaian yang berlangsung sejak 2003 di Chad, Nigeria dan Libya, sebelum pindah ke Doha.
Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) yang bermarkas di Den Haag mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Sudan Omar al-Bashir pada 2009 atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan atas kemanusiaan di Darfur, Sudan barat. Bashir juga dituduh melakukan genosida dalam surat perintah penangkapan selanjutnya.
Bashir telah membantah tuduhan-tuduhan pengadilan Den Haag dan menyebutnya sebagai bagian dari konspirasi Barat untuk menjatuhkannya. Surat perintah penangkapan itu merupakan yang pertama dikeluarkan pengadilan internasional tersebut terhadap seorang kepala negara yang aktif. (ant)