Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menargetkan angka kasus stunting di Provinsi Bengkulu bisa turun menjadi 12,5 persen pada 2024.

Di Kota Bengkulu, Kamis, Hasto mengatakan bahwa angka kasus stunting di Provinsi Bengkulu sekarang masih 22,1 persen, masih sangat tinggi.

Intervensi yang dilakukan untuk menurunkan angka kasus stunting di Provinsi Bengkulu, menurut dia, antara lain pencegahan pernikahan dan kelahiran anak pada usia remaja.

"Kemiskinan ekstrem di Bengkulu tidak tinggi, namun lebih banyak keluarga berisiko tinggi melahirkan anak stunting dibandingkan kemiskinan ekstrem. Dengan itu, kami memilih mengendalikan risiko tinggi yang melahirkan anak stunting," katanya.

"Angka kelahiran total sebesar 2,21 persen. Semuanya itu tidak memiliki riwayat dalam kemiskinan ekstrem, jadi pengendalian stunting menyasar ke semua lapisan masyarakat, terutama menurunkan angka kelahiran remaja," katanya.

Menurut dia, BKKBN berupaya menurunkan angka kelahiran pada kelompok warga berusia remaja (15 sampai 19 tahun) menjadi 21 kelahiran per 1.000 wanita usia subur pada 2022.

Selain itu, ia melanjutkan, media usia kawin pertama pada perempuan diupayakan bisa meningkat menjadi 22 tahun.
 
Upaya untuk menurunkan angka kelahiran pada kelompok warga berusia remaja dan menaikkan median usia perkawinan pertama antara lain dilakukan dengan menggiatkan penyuluhan dan kegiatan pendampingan bagi keluarga yang memiliki remaja dan remaja yang sedang mempersiapkan pernikahan.

BKKBN meningkatkan koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi dalam pelaksanaan Program Bangga Kencana guna mempercepat penurunan angka kasus stunting.

Hasto mengatakan bahwa upaya percepatan penurunan angka kasus stunting juga mencakup penggerakan dan pemberdayaan lembaga negara untuk mendukung pembinaan pengasuhan selama 1.000 hari pertama kehidupan anak.

Pewarta: Anggi Mayasari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022