Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) juga didorong untuk cepat tanggap dalam menangani kasus-kasus yang terindikasi stunting, sehingga intervensi dapat segera dilakukan.
"Kinerja TPPS saat ini sudah sangat baik. Harapan kami adalah agar tim ini bisa mempertahankan dan bahkan meningkatkan kualitas kerja mereka di masa mendatang," kata Kepala Dinas pemberdayaan perempuan perlindungan anak, pengendalian penduduk dan keluarga berencana (DP3AP2KB) Kota Bengkulu Dewi Dharma di Bengkulu, Jumat.
Pihaknya juga menekankan pentingnya kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan di wilayah sekitar, seperti Korem, polsek, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan ketua adat untuk mendampingi keluarga berisiko, termasuk calon pengantin dan ibu hamil, dalam upaya pencegahan stunting.
Hal tersebut dilakukan agar angka stunting di Kota Bengkulu dapat terus menurun agar dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan generasi masa depan serta mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Selanjutnya, DP3AP2KB Kota Bengkulu juga terus melakukan pendampingan terhadap keluarga berisiko guna menekan kasus anak terkena stunting di wilayah tersebut.
Pendampingan diberikan terhadap keluarga beresiko stunting dari calon pengantin, ibu hamil, pasca melahirkan dan bayi di bawah lima tahun (baduta).
Kemudian, jika berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan ternyata keluarga tersebut belum mengalami stunting maka, pihaknya akan diberikan asupan gizi agar tidak terjangkit penyakit lainnya.
"Jika ditemukan keluarga berisiko stunting maka kami mengunjungi dan kita bawa ke puskesmas terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut," sebut dia.*