Surabaya (Antara) - Seleksi mahasiswa untuk tahun ini mengalami perubahan yang agaknya memaksa para pimpinan perguruan tinggi negeri (PTN) untuk berpikir dua kali terkait kualitas mahasiswa yang akan diterimanya.
Masalahnya, penerimaan mahasiswa PTN untuk tahun ini ada tiga pola yakni 50 persen dari Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang diterima tanpa tes.
Tanpa tes yang dimaksud adalah melalui seleksi rapor, hasil UN, dan prestasi lain (olimpiade, olahraga, seni, dan sebagainya). Pola ini juga gratis, karena biaya pendaftaran ditanggung pemerintah.
Pola lainnya adalah 30 persen dari Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2013. Pola ini merupakan penerimaan mahasiswa dengan seleksi melalui tes tulis oleh panitia bersama dari beberapa PTN.
Pola penerimaan yang terakhir adalah 20 persen dari program kemitraan dan mandiri (PKM) yang lebih bersifat kerja sama internal antara PTN dengan kalangan pemerintah daerah, kementerian, swasta, dan pihak lain.
Untuk SNMPTN, pendaftaran dibuka mulai 1 Februari-8 Maret 2013, sedangkan proses seleksi pada 9 Maret-27 Mei, lalu pengumuman hasil seleksi pada 28 Mei 2013 dan pendaftaran ulang yang lulus seleksi pada 11-12 Juni 2013.
"Pendaftaran SNMPTN, gratis semuanya, baik yang bidikmisi dan non-bidikmisi. Pada 2012, biaya SNMPTN jalur undangan itu sebesar Rp150-200 ribu. Kami mengalokasikan anggaran sebesar Rp100 miliar," kata Mendikbud Mohammad Nuh dalam peluncuran SNMPT 2013, 10 Desember 2012.
Menurut dia, seleksi untuk seluruh anak bangsa yang berprestasi akademik tinggi lewat jalur SNMPTN itu berdasarkan nilai rapor dan hasil Ujian Nasional (UN). "Mulai 2013, kita berani mengintegrasikan prestasi melalui nilai rapor, UN, dan prestasi lainnya," katanya.
Hal tersebut, lanjutnya, merupakan tonggak baru karena sebelumnya banyak masyarakat yang memprotes bahwa hasil UN bisa atau tidak untuk dijadikan "pintu" penerimaan mahasiswa baru, sehingga UN tidak ada artinya bila perguruan tinggi mempunyai cara seleksi tersendiri.
Oleh karena itu, pemerintah meminta PTN menerima mahasiswa dari jalur SNPTNM yang sifatnya seleksi prestasi (akademik dan non-akademik), tanpa tes, dan gratis dengan kuota sebesar 50 persen, lalu sisanya melalu seleksi tulis (SBMPTN) dan seleksi mandiri (PKM).
Peluang Tertutup
Pada SNMPTN 2012, akreditasi sekolah menentukan jumlah siswa yang boleh mendaftar, misalnya sekolah terakreditasi A dengan kuota sebesar 50 persen, akreditasi B sejumlah 35 persen, dan akreditasi C sebanyak 15 atau bahkan lima persen.
Tapi, untuk SNMPTN 2013, siswa yang boleh mengikuti tes adalah siswa dari sekolah yang terdaftar atau sekolah yang memiliki NPSN (nomer pokok sekolah nasional), mengingat prestasi siswa yang diukur, bukan akreditasi sekolah.
"Kalau tanpa NPSN berarti sekolah itu tidak terdaftar secara nasional, karena itu siswa dari sekolah tanpa NPSN tidak akan bisa mengikuti SNMPTN (jalur undangan), bahkan SBMPTN (jalur tulis) juga tidak bisa," kata Kepala Badan Akademik ITS, Dr Dra Ismaini Zain MSi, di Surabaya, 27 Desember 2012.
Ia menjelaskan siswa yang tidak mempunyai NISN (nomer induk siswa nasional) masih bisa mengikuti SNMPTN dan SBMPTN, asalkan sekolahnya memiliki NPSN, sebab NISN tinggal memberi nomer 000... di depan NPSN. "Soal itu sudah diatur dalam Klausal Sosialisasi SNMPTN 2013," katanya.
Bahkan, katanya, siswa yang harus mengikuti "remidial" (ujian ulang) di sekolahnya juga bisa mendaftar, karena Klausal Sosialisasi SNMPTN 2013 sudah mengatur tentang hal itu, yakni nilai yang belum "remidial" bisa ditulis, tapi setelah nilai "remidial" itu keluar akan bisa diralat.
"Karena itu, pendaftaran pertama dilakukan pihak sekolah dengan memasukkan data sekolah dan data siswa ke pangkalan data sekolah nasional (PDSN), di antaranya data-data sekolah dan nilai rapor sejak semester 1, 2, 3, 4, hingga 5," katanya.
Setelah itu, siswa akan mendaftar untuk memilih jurusan yang dimasuki. Saat siswa mendaftar itulah, siswa bisa melihat data-data yang sudah dimasukkan pihak sekolah dan dia juga bisa dikoreksi siswa. "Bila ada yang salah bisa langsung protes sekolah untuk revisi," kata Humas Panitia SNMPTN 2013 itu.
Hingga 12 Februari 2013, siswa yang sudah mendaftar sebanyak 123 ribu orang dengan jumlah tertinggi dari Jatim yakni sekitar 19 ribu siswa. "Pendaftaran itu dilakukan sekolah dan tinggal siswa yang mendaftar untuk menentukan jurusan sambil melakukan koreksi data," katanya.
Menurut dia, peluang siswa untuk mengikuti SNMPTN bisa tertutup bila pihak sekolah tidak memasukkan data ke PDSN, karena data siswa yang bersangkutan tidak akan terekam.
"Kalau peluang siswa ke SNMPTN tertutup, maka peluang siswa yang tersisa adalah SBMPTN dan PKM," katanya.
Daftar Hitam Sekolah
Masalahnya, persoalan teknis dalam penerimaan calon mahasiswa itu agaknya tidak sepenting kualitas mahasiswa yang akan diterima lewat jalur itu, mengingat jumlah mahasiswa yang diterima lewat jalur SNMPTN itu cukup besar yakni 50 persen.
Boleh dibilang, kualitas calon mahasiswa yang diterima lewat jalur SNMPTN tanpa tes itu menjadi taruhan bagi PTN, karena pola tanpa tes itu menjadikan kualitas yang diterima pun menjadi tidak terukur atau spekulatif, misalnya "penggelembungan" nilai rapor.
Oleh karena itu, kalangan PTN harus menyiapkan sejumlah jurus atau rambu untuk mendapatkan calon siswa yang berkualitas. Misalnya, Pembantu Rektor I ITS Prof Dr Ing Ir Herman Sasongko telah menyiapkan dua parameter dalam penilaian calon mahasiswa yang mendaftar.
"Pertama, parameter dari kemampuan atau potret asal sekolah calon mahasiswa itu. Ini bisa dinilai dari tingkat akreditasi sekolahnya, lalu nilai alumni dari sekolah asal calon mahasiswa di ajang SNMPTN selama tiga tahun mulai tahun 2010, 2011 dan 2012, lalu penilaian alumni sekolah asal calon mahasiswa dalam bidang nilai IPK selama perkuliahan tahap persiapan (semester 1 dan 2) di PTN," katanya.
Parameter kedua, dari calon mahasiswa itu sendiri terkait nilai rapor atau akademiknya selama tiga tahun masa pembelajaran serta nilai Ujian Nasional (UN) dan prestasi lainnya.
Untuk kategori terakhir ini, ITS memberikan otorisasi terhadap nilai mata pelajaran tertentu. "Misalkan, jika si calon memilih salah satu jurusan di FTI (Fakultas Teknologi Industri), maka nilai fisika, matematika dan bahasa Inggris-nya yang diutamakan," katanya.
Menurut Humas SNMPTN 2013 yang juga Kepala Badan Akademik ITS, Dr Dra Ismaini Zain MSi, seleksi ketat dengan beberapa parameter itulah yang membuat sejumlah perguruan tinggi memasukkan sejumlah SMA dalam "daftar hitam" akibat kecurangan.
"Misalnya, nilai rapor siswa yang tidak 'matching' dengan prestasi alumni dari sekolah itu. Tahun lalu ada 40-an SMA yang dicurigai, tapi saya yakin untuk tahun depan akan sulit terjadi, karena PDSN sudah menampung data sejak semester 1," katanya.
Hal senada juga diakui Wakil Rektor I Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof Dr Ahmad Syahrani Apt. "Kami menerima sekitar 2.500-an mahasiswa dari SNMPTN atau 50 persen, karena itu rekam jejak dari nilai rapor semester 1,2,3,4,5 itu penting," katanya.
Lain halnya dengan IAIN Sunan Ampel Surabaya. "Bagi kami, baca dan tulis Al Quran itu penting, karena itu selain nilai rapor, UN, dan prestasi lain, kami akan menyeleksi calon mahasiswa dari kemampuan baca dan tulis Al Quran," kata Pembantu Rektor I IAIN Surabaya, Dr HM Syamsul Huda MHI. (Antara)
SNMPTN dan kualitas mahasiswa tanpa tes
Sabtu, 16 Februari 2013 12:16 WIB 1934