Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Alokasi dana penanggulangan penyakit flu burung di Provinsi Bengkulu sangat minim, sehingga tim sulit untuk melakukan kegiatan antisipasi dengan maksimal.
"Kami kekurangan dana untuk kegiatan mengantisipasi serangan penyakit flu burung pada unggas-unggas di daerah ini," kata Koordinator Penanggulangan Penyakit Flu Burung (PPFB) Provinsi Bengkulu, Emran Kuswadi, Senin.
Ia menjelaskan, selama ini pihaknya hanya mengandalkan dana bantuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa yakni FAO, namun mulai 2012, bantuan dari FAO hanya sampai Maret 2012.
"Selain waktu yang diberikan terbatas, jumlah bantuan juga berkurang, sedangkan pada 2011 bantuan operasional diberikan untuk jatah 16 hari per bulan, kini berkurang menjadi delapan hari setiap bulannya.
FAO sengaja mengurangi dana bantuan, dengan harapan agar pemerintah daerah lebih berperan aktif untuk menanggulangi serangan flu burung di daerahnya masing-masing.
"Sangat disayangkan baik 2011 maupun 2012, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi maupun kabupaten / Kota tidak ada yang menyetujui dana penanggulangan flu urung tersebut dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) masing-masing," katanya.
Tim PPFB Provinsi Bengkulu mencatat pada 2011, unggas yang positif terjangkit virus flu burung sebanyak 143 ekor.
"Daerah yang ditemukan unggas positif terjangkit virus flu burung antara lain Kota Bengkulu, Kabupaten Kepahiang, Lebong, Rejang Lebong, Seluma, Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah," katanya.
Ia menjelaskan, warga Provinsi Bengkulu perlu meningkatkan kewaspadaan karena pada Januari 2012 virus flu burung mulai menyerang puluhan unggas yakni di Tangerang Provinsi Banten dan dua orang warga meninggal dunia setelah kontak langsung dengan unggas positif flu burung.
"Mulai 2005 hingga Januari 2012, sebanyak 162 masyarakat Indonesia meninggal dunia akibat terjangkit virus flu burung, angka kematian tersebut merupakan terbesar di wilayah Asia Tenggara," katanya.(mhe)