Madrid (Antara Bengkulu) - Jose Mourinho memilih kata-katanya dengan sangat berhati-hati, setelah melihat tim Real Madrid-nya hanya kurang sedikit lagi untuk mencatatkan "come back" gemilang pada pertandingan pertemuan kedua semifinal Liga Champions dengan Borussia Dortmund pada Selasa.
Dua gol pada delapan menit terakhir dari Karim Benzema dan Sergio Ramos membawa Real berada di tepi pertandingan final setelah ditaklukkan 1-4 di markas Dortmund pada pekan lalu, namun setelah menjalani tiga musim berturut-turut hanya sampai semifinal, Mourinho diyakini kesulitan menemukan tumpuan untuk melakukan upaya keempat dengan juara Liga Spanyol musim lalu itu.
"Saya tahu bahwa saya dicintai di Inggris," balasnya ketika ditanyai mengenai masa depannya, "khususnya satu klub."
Klub yang dimaksud tentu saja Chelsea yang dibawanya dua kali menjadi juara Liga Utama Inggris pada 2005 dan 2006.
"Di Spanyol berbeda, sebab sebagian orang membenci saya, banyak dari mereka yang berada di ruangan ini."
Ia mengacu kepada sebagian besar anggota pers Spanyol, yang kerap berseteru dengannya sepanjang tiga tahun masa jabatannya di ibukota Spanyol.
Bagaimanapun, masalah nyata Mourinho sepanjang masa kerjanya di Madrid, khususnya musim ini, bukanlah dengan pers namun dengan sejumlah pemainnya sendiri.
Dari awal musim Mourinho dengan cepat mendapat kritik dari publik karena ia terlihat tidak mencapain standar yang mereka terapkan di musim sebelumnya, ketika pada musim itu mereka memecahkan sejumlah rekor dalam perjalanan untuk menjadi juara Liga Spanyol.
Pemain-pemain seperti Ramos dan Mesut Ozil dicoret dari tim setelah kehilangan delapan angka saat melawan Valencia, Getafe, dan Sevilla di empat pertandingan pembuka musim, yang membuat Barcelona mendapat keuntungan yang tidak mereka sia-siakan.
Dan ia kemudian melakukan hal yang tidak pernah terpikirkan dengan menggeser kiper sekaligus kapten klub Iker Casillas untuk memberi kesempatan bermain pada Antonio Adan beberapa saat sebelum tahun baru.
Tiba-tiba situasi berbalik setelah pergantian tahun ketika Real melaju ke final Piala Raja dan telah mengurangi selisih dengan Barca, meski mereka masih terpaut 11 angka.
Bagaimanapun, apakah ini menjadi akhir dari perjalanan Mourinho, musim ini tentu saja menjadi yang paling mengecewakan di karir manajerial-nya karena tidak mampu menjadi sosok yang membawa Real meraih gelar Eropa kesepuluhnya.
Pada beberapa pekan terakhir ia menekankan bahwa bagi Real tiga musim berturut-turut hanya sampai semifinal itu, mengakhiri rekor enam tahun tidak pernah menembus 16 besar berturut-turut, merupakan sebuah pencapaian bagus namun ia menerima bahwa Real bukanlah klub yang memiliki tolok ukur kesuksean di semifinal.
Mourinho memiliki sumber daya pemain yang lebih besar daripada manajer Madrid lainya yang pernah menerimanya. Ketika ia mmasukkan Kaka dan Benzema itu merupakan lemparan dadu terakhirnya pada Selasa, di mana ia menurunkan dua pemain yang bernilai lebih besar dari keseluruhan nilai tim Dortmund.
Pria Portugal ini bergurau pada konferensi pers pasca pertandingan bahwa tiga kesempatan untuk tampil di semifinal Liga Champions sebagai hal bagus mengingat mereka kini mendapat banyak uang tanpa harus memberi bonus.
Secara keseluruhan, untuk apa yang telah mereka investasikan terhadap Mourinho dan timnya selama tiga musim terakhir, presiden klub Florentino Perez dan para penggemar kelihatannya menilai satu gelar liga dan potensi dua mahkota Piala Raja sebagai hal yang tidak sepadan dengan uang yang telah dikeluarkan.
Penerjemah: A.R.A Adipati
Masa kerja Mourinho di Real ditandai kegagalan semifinal
Kamis, 2 Mei 2013 3:50 WIB 802