"Xian zai qu yin ni hao rong yi" ujar Zhu Xiaoyan (25). Datang ke Indonesia kini semakin mudah, katanya usai "check-in" sekaligus membayar "visa on arrival", di loket maskapai Garuda Indonesia di Bandara Internasional Pudong, Shanghai.
Layanan imigrasi dalam pesawat oleh Garuda Indonesia untuk rute Shanghai-Jakarta merupakan salah satu upaya meningkatkan jumlah kunjungan pelancong China ke Indonesia.
Tak hanya layanan imigrasi dalam pesawat, Garuda Indonesia juga mengganti armadanya dengan kapasitas yang lebih besar yakni Boeing 777 dari sebelumnya Airbus330-300 untuk rute Jakarta-Shanghai (PP), sedangkan untuk jalur penerbangan Jakarta-Beijing (PP) kini menjadi setiap hari.
Dengan begitu, seluruh layanan Garuda Indonesia dari Jakarta dengan tujuan Shanghai, Beijing, Guangzhou dan Hongkong, kini telah dilayani tujuh kali sepekan. "Ini upaya untuk mendukung arus kunjungan turis China ke Indonesia," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu.
Pilihan China sebagai salah satu pangsa pasar yang menjanjikan bukan tanpa alasan. Bahkan Presiden China Xi Jinping dalam salah satu pidatonya beberapa saat setelah dilantik pada Maret 2013, mengatakan warga China yang akan bepergian ke mancanegara diperkirakan mencapai 400 juta dalam lima hingga sepuluh tahun mendatang.
Wakil Ketua China National Tourism Administration (CNTA) Zhang Xing Houng mengatakan secara umum pada 2012 jumlah wisatawan mancanegara yang ke China mencapai 57,73 juta, atau meningkat 0,3 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Adapun jumlah turis China yang melakukan perjalanan wisata ke mancanegara pada 2012 mencapai 83,18 juta orang, atau naik sekitar 18,4 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Sedangkan perjalanan wisata warga China di dalam negeri mencapai 2,96 miliar orang pada 2012, atau meningkat 12 persen.
United Nations World Tourism Organizations (UNWTO, 2013) mencatat China menduduki peringkat pertama sebagai sumber pasar wisata dengan jumlah pengeluaran mencapai 102 juta dolar AS pada 2012 atau naik 40 persen dari 2011 yang hanya 73 juta dolar AS.
Sedangkan jumlah wisatawan China yang bepergian ke luar negeri meningkat pesat dari 10 juta pada 2000 menjadi 83 juta pada 2012. Sedangkan jumlah pelancong China yang berkunjung ke Indonesia pada 2012 tercatat 726.088, atau lebih rendah dibandingkan jumlah wisatawan China ke Malaysia yang mencapai 1,56 juta orang dan Thailand sebesar 2,7 juta orang.
Dua Juta
Tak mau ketinggalan dengan Malaysia dan Thailand, Pemerintah Indonesia pun segera memperbaharui kesepakatan dengan China, untuk meningkatkan saling kunjung masyarakat/turis kedua negara sebanyak dua juta orang pada 2015.
Nota kesepakatan itu ditandatangani pada serangkaian kunjungan kenegaraan Presiden Xi Jinping ke Indonesia pada 2 Oktober 2013.
Sejumlah rencana aksi pun disusun dan siap dijalankan, salah satunya pembuatan laman promosi pariwisata Indonesia berbahasa Mandarin. Laman dengan alamat cn.indonesiatravel itu khusus ditujukan bagi masyarakat Negeri Panda untuk lebih mengenal Indonesia beserta sejumlah daerah tujuan wisata menarik yang dimilikinya.
Tak hanya itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pun menggelar 'road show' ke beberapa kota di China di penghujung 2013 seperti Beijing, Shanghai, Jinan, Guangzhou dan Shenzhen.
Bahkan dalam road show itu, operator perjalanan terbesar di Shanghai, Jinan, dan Guangzhou menyepakati ¿letter of intend¿ dengan operator perjalanan Panorama Oriental.
"Letter of intend itu akan segera ditindaklanjuti dengan langkah-langkah nyata, hingga para pelancong dari China benar-benar dapat menikmati kunjungan wisatanya selama di Indonesia sesuai ketentuan yang telah disepakati kedua pihak," ujar Mari.
Pada 2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga telah menyiapkan rangkaian ¿road show¿ ke enam kota di China lainnya, untuk lebih mengenalkan destinasi lain selain Bali.
"Wisatawan China, saat ini masih lebih banyak mengenal Bali, karena itu mulai sekarang dan kedepan akan lebih diintensifkan lagi `Beyond Bali', dengan mengundang media China ke destinasi lain selain Bali, memperkenalkan lebih dalam tentang Indonesia melalui media sosial di China seperti Weibo (Tweeter/Facebook versi China)," tutur Mari.
Fokus jangka menengah, lanjut dia, akan lebih diperkenalkan Yogyakarta, Lombok dan Nusa Tenggara Timur dengan komodonya.
China kini telah menjadi pasar utama keempat terbesar bagi Indonesia setelah Singapura, Malaysia dan Australia. "Karena itu, dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil, kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, kita perlu memanfaatkan pasar China secara serius," katanya menekankan.
Pekerjaan Rumah
Kesiapan daerah tujuan wisata untuk menyambut para turis, khususnya dari China merupakan pekerjaan rumah tersendiri yang harus dipikirkan bersama.
Pengemasan paket wisata yang menarik, promosi yang menarik dan efektif, sumber daya manusia yang mumpuni melayani para turis, termasuk kemampuan berbahasa Mandarin, serta kesiapan infrastruktur merupakan pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.
Pengemasan dan promosi paket wisata yang menarik, efektif, akan menarik banyak turis ke Indonesia termasuk China. Penguasaan bahasa, utamanya bahasa Mandarin akan membuat para pelaku industri pariwisata termasuk pemandu wisata memahami keinginan para pelancong, sehingga mereka merasa dilayani dengan baik, dan akan selalu ingin kembali datang.
Infrastruktur dan konektivitas menjadi prasyarat lain untuk membuat wisatawan akan selalu menjadikan Indonesia sebagai daerah tujuan berliburnya.
Profil sebagai negara kepulauan, mau tidak mau memaksa kita untuk membangun secara integral jalan, pelabuhan dan bandara hingga ke daerah tujuan wisata yang dituju, atau antara satu destinasi ke destinasi lain. Tidak mudah, tetapi bukan tidak mungkin.
Konektivitas, bukan sekadar masalah keterhubungan antara Indonesia dan China. Namun, bagaimana para turis, khususnya dari China bisa dengan mudah mengakses destinasi-destinasi wisata menarik setelah tiba di Indonesia.
Sehingga ungkapan Mei Li (20),"lai yin ni yue jiadan zhen hao" atau "datang ke Indonesia semakin mudah, sangat bagus", tidak sekadar hingga tiba di Jakarta atau Bali, tetapi juga saat dia dan turis China lain dapat mengakses daerah tujuan wisata lain di Indonesia.
Sekali lagi, tidak mudah, tetapi bukan tidak mungkin.
Mengejar turis hingga ke negeri China
Jumat, 29 November 2013 11:25 WIB 1241