Bandarlampung (Antara) - Kamus bahasa Lampung pertama yang disusun oleh Herman Neubronner van der Tuuk (1824--1894), ahli bahasa dan budaya Nusantara asal Belanda, setelah sekitar 1,5 abad tersimpan di Belanda, kini telah kembali ke Lampung.
Menurut Manager Lembaga Amil Zakat (LAZ) Lampung Peduli Umaruddin Ismail mendampingi J. Panji Utama, wakil dari pihak yang berinisiatif mengembalikan kamus karangan H.N. van der Tuuk itu, di Bandarlampung, Kamis, kamus bahasa Lampung yang pertama disusun tersebut dibuat saat van der Tuuk menetap di Lampung (1868--1869), tepatnya di tepi Sungai (Way) Seputih.
Namun, informasi tersebut tidak banyak diketahui bahwa kamus tersebut selama ini tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden Belanda selama sekitar 1,5 abad lamanya.
Bahkan, diperkirakan belum ada orang Lampung yang pernah melihar bentuk dan isi kamus tersebut.
Masyarakat Lampung melalui konsolidasi dan fasilitasi Lampung Peduli telah berupaya mendapatkan kembali kamus tersebut secara mandiri.
Atas bantuan dan kerja sama dengan Kedutaan Besar Belanda, perpustakaan Universitas Leiden Belanda, dan Kepala Erasmus Taalcentrum Jakarta, kamus bahasa Lampung pertama karya H.N. van der Tuuk itu kini telah kembali ke Lampung.
Herman Neubronner van der Tuuk adalah yang pertama kali membuat kamus bahasa Batak, Bali, dan Lampung. Ahli bahasa dan pembuat kamus (leksikografer) itu juga menjadi editor kamus Melayu (Von den Wall), Jawa, dan lain-lainnya.
Menurut Panji Utama, kamus bahasa Lampung pertama karangan van der Tuuk dapat diibaratkan sebagai salah satu harga diri Lampung yang sekian lama terabaikan.
"Upaya untuk mendapatkan kembali kamus tersebut adalah langkah konkret yang telah dilakukan oleh masyarakat sebagai bagian dari upaya pengembangan dan pelestarian budaya, sejarah, dan bahasa Lampung," katanya pula.
Berkaitan hal tersebut, Lampung Peduli menggelar dialog publik bertema "Mengembalikan Harga Diri Lampung (Kasus Kamus Bahasa Lampung Pertama Karya van der Tuuk)" di Emersia Hotel Bandarlampung, Kamis pukul 09.00 hingga 12.00 WIB.
Nasumber yang dihadirkan adalah Kees Groeneboer, Kepala Erasmus Taalcentrum yang mewakili Kedubes Belanda di Jakarta, Djadjat Sudradjat (budayawan), dengan moderator Oyos Saroso H.N. (jurnalis The Jakarta Post di Lampung).
Dialog ini mengundang instansi pemerintahan dan pejabat terkait, kalangan media massa, dan perwakilan lembaga seni dan budaya serta masyarakat dan pelaku maupun pemerhati seni budaya dan bahasa Lampung. (Antara)
Kamus bahasa Lampung pertama kembali ke Lampung
Kamis, 27 Februari 2014 6:42 WIB 1465