Bengkulu (Antara-IPKB) - Meningkatnya jumlah kelahiran pada remaja (Adolesent Fertility) usia 15-19 tahun menjadikan isu strategis pembangunan kependudukan. Kelahiran pada remaja meningkat secara signifikan terutama di pedesaan.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Keluarga Sejahtera dan Peningkatan Keluarga (KS-PK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Bengkulu Adharsyah dalam sosialisasi kebijakan strategi dan materi pembinaan ketahanan keluarga pekan ke-tiga Maret lalu.
Berdasarkan hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia 2012 menyebutkan, angka kelahiran menurut umur atau ege specific fertility rate (ASFR) 15-19 sebesar 51/1.000 wanita usia subur.
Sementara di Bengkulu sasaran RPJMN, angka kelahiran pada remaja sebesar 30/ 1000 WUS. Sedangkan kondisi saat ini yang diketahui masih menempati angka 35/1000 WUS. Data lain mengenai kelahiran remaja dapat diketahui sebesar 9 persen remaja wanita umur 15-19 tahun pernah melahirkan atau sedang hamil anak pertama.
Dikatakan Adharsyah, selain kelahiran pada remaja, masih terdapat isu strategi lainnya terhadap pembangunan kependudukan.
Masih rendahnya partisipasi keluarga dalam program pengembangan kelompok ketahanan keluarga (PK3) seperti BKB, BKR, BKL, dan UPPKS. Dan masih rendahnya partisipasi keluarga dalam pengasuhan anak & balita serta rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan produksi, HIV dan AIDS.
Menurut dia, upaya mengatasi isu tersebut perlu mengembangkan program GenRe melalui PIK Remaja pada tingkat SLTP diprioritaskan di pedesaan.
Disamping itu untuk menyiapkan remaja memasuki kehidupan berkeluarga, kegiatan “GENRE†perlu benar-benar menyentuh generasi muda yang akan menentukan masa depan bangsa Indonesia. Tidak hanya sekedar pencegahan terhadap “TRIAD KRR†tetapi bagaimana dapat menanamkan kepada remaja bahwa “perkawinan adalah suatu lembaga sakral yang harus dihormati dengan menjadikan keluarga sebagai harta yang paling berharga.(rs)