Tiga warga Rejang Lebong meninggal akibat DBD

Rejang Lebong, Bengkulu (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, menyebutkan sepanjang tahun 2022 ini tiga orang warga daerah itu meninggal dunia akibat diserang demam berdarah dengue (DBD).

"Terhitung Januari hingga akhir Oktober 2022 kemarin ada tiga warga Kabupaten Rejang Lebong yang meninggal dunia akibat DBD," kata Plt Kepala Dinas Kesehatan Rejang Lebong, Rephi Meido Satria saat dihubungi di Rejang Lebong, Minggu.

Dia menjelaskan, tiga warga Rejang Lebong yang meninggal akibat DBD ini dua orang diantaranya terjadi bulan Mei dan satu orang pada Juni.

"Untuk yang meninggal di bulan Mei berasal dari Kecamatan Curup dan warga Kecamatan Padang Ulak Tanding, sedangkan satu lagi meninggal di bulan Juni yang berasal dari Kecamatan Curup Tengah," terangnya.

Ketiga korban akibat DBD ini, kata dia, dua orang masih anak-anak. Satu orang dari Kecamatan Padang Ulak Tanding berusia empat tahun, dan satu lagi dari Kecamatan Curup Tengah berusia lima tahun, sedangkan yang berasal dari Kecamatan Curup berusia 18 tahun.

Adanya warga yang meninggal akibat terkena DBD ini menurut dia, karena terlambat mendapat pertolongan medis. "Hal ini terjadi karena masyarakat tidak mengetahui bahaya penyakit tersebut dan menganggapnya deman biasa sehingga kondisinya sudah parah baru di bawa rumah sakit," katanya.

Dia mengimbau kalangan masyarakat daerah itu untuk melakukan gerakan 3M plus yakni menguras bak penampungan air, menutup bak penampungan air serta mengubur benda yang bisa menampung air dan menaburkan bubuk abate ditempat penampungan air.

Selain itu masyarakat juga diminta untuk melakukan kebiasaan hidup bersih dan sehat, kemudian saat tidur menggunakan kelambu. Sedangkan upaya fogging atau pengasapan dinilai kurang efektif karena hanya membunuh nyamuk dewasa dan jika terlalu sering dilakukan bisa membuat nyamuk menjadi kebal.

Sementara itu total kasus DBD yang terjadi di wilayah itu terhitung saat ini sudah ada 76 kasus, jumlah ini lebih banyak dibandingkan periode yang sama pada 2021 yang hanya ada 57 kasus.