Bengkulu (Antara) - Gabungan organisasi kemasyarakatan, kepemudaan serta kemahasiswaan se-Provinsi Bengkulu mengajak masyarakat luas menolak kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Mari tolak ISIS karena organisasi itu membahayakan Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, kata koordinator lapangan aksi yang juga sekaligus Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Provinsi Bengkulu, Kasrul Pardede di Bengkulu, Jumat.
Selain berorasi di Bundaran Simpang Lima, Kota bengkulu, aktivis organisasi gabungan itu membagikan selebarann ke masyarakat guna memberikan pengetahuan yang lebih mendalam tentang bahaya ISIS.
"Masyarakat hendaknya lebih membuka mata, ISIS itu sesat dan membahayakan," katanya.
Menurut dia, NKRI yang berdasarkan Pancasila adalah Tanah Air bersama yang menaungi seluruh warga negara tanpa membedakan suku, agama, ras dan kepercayaan.
"Bhinneka Tunggal Ika yang dirumuskan oleh para pendiri Republik Indonesia, telah menjadi pronsip dasar dalam hubungan antarumat beragama dalam bingkai kebangsaan Indonesia. Oleh karena itu mari bersama selamatkan negara, bangsa dan Pancasila dari bahaya paham ISIS," ucapnya.
Sebelumnya, Provinsi Bengkulu, menggelar rapat koordinasi guna mencegah pergerakan ISIS. Rakor itu difasilitasi Komando Resor Militer (Korem) 041/ Garuda Emas di Balai Prajurit Bengkulu, 19 Agustus 2014.
Untuk memelihara stabilitas sosial, politik dan keamanan daerah, pemerintah daerah beserta instansi terkait baik provinsi maupun kabupaten dan kota berperan penting. "Oleh karena itu kita saling memperkuat komitmen berbangsa dan bernegara," kata Gubernur Provinsi Bengkulu, Junaidi Hamsyah ketika membuka rapat koordinasi.
Selain pernah diidentifikasikan ada pengikut ISIS, Provinsi Bengkulu, kata gubernur, juga ditengarai menjadi tempat persinggahan beberapa aktivis teroris.
"Ketika kita berbicara tentang terorisme untuk skala nasional dan internasional, Bengkulu termasuk wilayah yang pernah disebut-sebut. Bengkulu, secara geografi terdiri dari perbukitan, pegunungan dan juga berhadapan langsung dengan Samudra Hindia, serta pola permukiman yang terpencar dan terpisah, subetnis, budaya dan kepercayaan yang beragam menyebabkan ikatan dan kontrol sosial melonggar," katanya.
Celah kelemahan daerah tersebut menurut Junaidi, menjadi rentan dimanfaatkan oleh oknum, termasuk pergerakan radikal untuk tumbuh di Bengkulu.
"Semuanya itu merupakan potensi berkembangnya terorisme dan ISIS yang dibungkus radikalisme agama, walaupun kurang beruntung kondisi tersebut pelajaran dalam meningkatkan kewaspadaan," ucapnya.
Gubernur Bengkulu berharap rakor tersebut dapat menghasilkan ide dan solusi agar daerah tersebut tidak menjadi tempat tumbuhnya organisasi yang bisa mengancam persatuan bangsa.***1***