Indonesia pada 13 tahun ke depan memasuki masa krusial sekaligus menentukan. Dengan menikmati bonus demografi, 10-20 mendatang merupakan momentum emas mewujudkan cita-cita tersebut.
Jadi, sudah sewajarnya saja negara ini keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah (middle income trap) karena sudah terlalu lama berada di level ini.
Pendapatan domestik bruto atau PDB per kapita penduduk Indonesia pada 2022 tercatat 4.784 dolar AS (menengah-tinggi). Agar Indonesia segera "hijrah" menjadi negara berpendapatan tinggi, 12.000 Dolar AS, maka kebijakan-kebijakan pro-pertumbuhan tinggi dan pemerataan tidak boleh mandeg.
Dalam konteks itulah Presiden menyatakan bahwa apa yang sudah diraih selama ini dan menjadi pijakan menyongsong masa depan bangsa ini, harus dilanjutkan oleh pemimpin mendatang. Meskipun tidak eksplisit menyebut nama, pesan yang disampaikan Presiden Jokowi, oleh khalayak dianggap ditujukan kepada sosok yang namanya menjadi langganan menempati tiga besar dalam berbagai survei elektabilitas.
Pesan adanya "pemimpin baru" dan "keberlanjutan kebijakan" itu menjadi frasa yang patut diserap sebagai latar belakang mengapa Presiden Jokowi menggunakan kata cawe-cawe dalam perbincangan politik dengan pemimpin media.
Seseorang bisa (melakukan) cawe-cawe dan efektif hasilnya manakala yang bersangkutan punya salah satu atau beberapa kedekatan: personal, ideologi, maupun kepentingan dengan mitranya.
Siapakah sosok itu? Itulah yang kini ramai diperbincangkan khalayak, terutama warganet.Update Berita Antara Bengkulu di Google News