"Kalau memang misalkan Ganjar sudah tinggi dari sekarang elektabilitasnya, saya yakin Nasaruddin Umar sudah diambil langsung sekarang itu (untuk jadi cawapres)," kata Pakar politik sekaligus akademikus Universitas Bengkulu Dr Panji Suminar di Bengkulu, Jumat.
Sosok Nasaruddin Umar, kata dia, menjadi sosok yang tepat dipilih PDIP untuk mereplikasi periode Jokowi-Jusuf Kala atau Jokowi-Ma'ruf Amin.
Baca juga: Ganjar Pranowo terima Penghargaan Satyalencana Wira Karya
Baca juga: Ganjar Pranowo terima Penghargaan Satyalencana Wira Karya
"Nasaruddin Umar itu mewakili luar Jawa dan NU mereplikasi saat Jokowi-Ma'ruf Amin atau Jokowi-JK, JK itu juga NU kultural yang mewakili luar Jawa seperti Nasaruddin," kata dia.
Menurut dia PDIP menunggu sampai September karena ingin melihat apakah ada lonjakan elektabilitas dari Ganjar Pranowo sebagai calon presiden seperti kondisi waktu mencalonkan Jokowi dulu.
"Waktu Jokowi dulu kan ada lonjakan elektabilitas, tapi kalau Ganjar saya rasa tidak akan seperti itu. Setelah melihat bagaimana elektabilitasnya satu dua bulan ini baru PDIP menentukan sosok siapa yang tepat untuk mendampingi Ganjar Pranowo, yang dapat mendongkrak elektabilitas," ujarnya.
Baca juga: Ketum PPP akan sodorkan duet Ganjar-Sandi ke KIB
Baca juga: Ketum PPP akan sodorkan duet Ganjar-Sandi ke KIB
Selain itu, kata dia lambatnya PDI Perjuangan menentukan cawapres juga membuat para kandidat calon presiden lain juga harus lebih hati-hati menentukan pasangan mereka.
Hal itu karena, pasangan Ganjar yang dipilih PDIP nantinya juga akan menentukan langkah kandidat dan para partai politik kompetitor PDIP dalam memilih pasangan cawapres.
"Makanya mereka saling intip. Namun persoalannya saat ini yang tersedia itu sudah jelas-jelas nama-namanya, tidak akan ada nama kejutan. Menurut saya tidak baik pula mengumumkan cawapres terlalu cepat atau terlalu lambat, Juli atau Agustus sepertinya waktu yang pas," kata Panji.
Update Berita Antara Bengkulu Lainnya di Google News
Update Berita Antara Bengkulu Lainnya di Google News