Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin Makassar Phil Sukri menilai Erick Thohir, sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres), dapat memperkuat potensi kemenangan bakal calon presiden (capres) Prabowo Subianto maupun Ganjar Pranowo.
"Karena dari teknokrat dan profesional, peluang Erick untuk mendampingi semua bakal capres sangat besar. Namun, karena Erick merupakan Jokowi Man, maka akan sulit ia menjadi cawapres koalisi perubahan. Melihat hasil survei LSI, (Erick) sangat strategis untuk memperkuat bakal capres, baik itu Ganjar maupun Prabowo," kata Sukri dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Pengamat: Erick Thohir penuhi kriteria cawapres Prabowo
Keberadaan Erick dapat memperkuat kemenangan Prabowo maupun Ganjar karena menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu, menurut Sukri, merupakan sosok yang mewakili kelompok Nahdlatul Ulama (NU) serta mampu memikat pemilih dari generasi muda.
Sebagai sosok yang dekat dengan NU, lanjutnya, Erick berpotensi memperkuat kemenangan Prabowo. Kemudian, sebagai sosok yang mampu memikat pemilih dari generasi muda, katanya, Erick dapat menjaga elektabilitas Ganjar agar tidak kembali turun.
Sebelumnya, hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 1-8 Juli 2023 menunjukkan bahwa Erick menjadi bakal cawapres dengan elektabilitas tertinggi, yakni mencapai 14,3 persen, dalam simulasi 24 nama bersifat semi-terbuka.
Berikutnya, dalam simulasi pilpres, ketika Erick disandingkan dengan Ganjar dan Prabowo, hasil survei LSI itu menunjukkan ketua umum PSSI itu mampu memberikan kemenangan bagi kedua bakal capres tersebut.
Baca juga: Menhan Prabowo temui Presiden Jokowi di Istana
Ketika Erick mendampingi Ganjar, dalam simulasi pilpres, pasangan itu meraih elektabilitas 34 persen mengungguli pasangan Prabowo dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar serta pasangan mantan gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Selanjutnya, dalam simulasi pilpres yang menyandingkan Erick dengan Prabowo, pasangan itu juga unggul meraih elektabilitas 34,8 persen atas pasangan Ganjar dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil serta pasangan Anies dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Sukri pun menilai apabila tidak ada perubahan pola politik, maka kemungkinan tidak akan ada perubahan signifikan terhadap kandidat bakal capres yang saat ini mengerucut pada tiga nama, yaitu Prabowo, Ganjar, dan Anies.
Baca juga: PDIP umumkan cawapres pada September guna lihat kekuatan Ganjar
"Tinggal parpol koalisi yang akan menentukan cawapres," tambah Sukri.
Dia menilai hasil survei LSI menjadi salah satu parameter bagi koalisi partai politik untuk mencari kombinasi bakal capres-cawapres yang berpotensi memenangi Pilpres 2024.
Untuk diketahui, pendaftaran bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dijadwalkan pada 19 Oktober hingga 25 November 2023.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu pasangan capres dan cawapres diusulkan partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi syarat perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR, atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya.
Saat ini, ada 575 kursi di parlemen, sehingga pasangan capres dan cawapres pada Pilpres 2024 harus memiliki dukungan minimal 115 kursi di DPR RI. Bisa juga pasangan calon diusung partai politik atau gabungan partai peserta Pemilu 2019 dengan total perolehan suara sah minimal 34.992.703 suara.
Update Berita Antara Bengkulu Lainnya di Google News
"Karena dari teknokrat dan profesional, peluang Erick untuk mendampingi semua bakal capres sangat besar. Namun, karena Erick merupakan Jokowi Man, maka akan sulit ia menjadi cawapres koalisi perubahan. Melihat hasil survei LSI, (Erick) sangat strategis untuk memperkuat bakal capres, baik itu Ganjar maupun Prabowo," kata Sukri dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Pengamat: Erick Thohir penuhi kriteria cawapres Prabowo
Keberadaan Erick dapat memperkuat kemenangan Prabowo maupun Ganjar karena menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu, menurut Sukri, merupakan sosok yang mewakili kelompok Nahdlatul Ulama (NU) serta mampu memikat pemilih dari generasi muda.
Sebagai sosok yang dekat dengan NU, lanjutnya, Erick berpotensi memperkuat kemenangan Prabowo. Kemudian, sebagai sosok yang mampu memikat pemilih dari generasi muda, katanya, Erick dapat menjaga elektabilitas Ganjar agar tidak kembali turun.
Sebelumnya, hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 1-8 Juli 2023 menunjukkan bahwa Erick menjadi bakal cawapres dengan elektabilitas tertinggi, yakni mencapai 14,3 persen, dalam simulasi 24 nama bersifat semi-terbuka.
Berikutnya, dalam simulasi pilpres, ketika Erick disandingkan dengan Ganjar dan Prabowo, hasil survei LSI itu menunjukkan ketua umum PSSI itu mampu memberikan kemenangan bagi kedua bakal capres tersebut.
Baca juga: Menhan Prabowo temui Presiden Jokowi di Istana
Ketika Erick mendampingi Ganjar, dalam simulasi pilpres, pasangan itu meraih elektabilitas 34 persen mengungguli pasangan Prabowo dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar serta pasangan mantan gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Selanjutnya, dalam simulasi pilpres yang menyandingkan Erick dengan Prabowo, pasangan itu juga unggul meraih elektabilitas 34,8 persen atas pasangan Ganjar dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil serta pasangan Anies dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Sukri pun menilai apabila tidak ada perubahan pola politik, maka kemungkinan tidak akan ada perubahan signifikan terhadap kandidat bakal capres yang saat ini mengerucut pada tiga nama, yaitu Prabowo, Ganjar, dan Anies.
Baca juga: PDIP umumkan cawapres pada September guna lihat kekuatan Ganjar
"Tinggal parpol koalisi yang akan menentukan cawapres," tambah Sukri.
Dia menilai hasil survei LSI menjadi salah satu parameter bagi koalisi partai politik untuk mencari kombinasi bakal capres-cawapres yang berpotensi memenangi Pilpres 2024.
Untuk diketahui, pendaftaran bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dijadwalkan pada 19 Oktober hingga 25 November 2023.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu pasangan capres dan cawapres diusulkan partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi syarat perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR, atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya.
Saat ini, ada 575 kursi di parlemen, sehingga pasangan capres dan cawapres pada Pilpres 2024 harus memiliki dukungan minimal 115 kursi di DPR RI. Bisa juga pasangan calon diusung partai politik atau gabungan partai peserta Pemilu 2019 dengan total perolehan suara sah minimal 34.992.703 suara.
Update Berita Antara Bengkulu Lainnya di Google News