Latar belakang program ini, terang Nurul, menganggap bahwa keterlibatan pemuda dalam proyek ini sangat penting, yakni untuk meningkatkan keterampilan Pemuda Indonesia dan menjadi bagian sebagai diplomasi sehari-hari melalui tukar pikiran, budaya dan identitas antarnegara.
"Selain itu, kegiatan ini akan bermanfaat untuk membangun dan meningkatkan saling pengertian di antara pemuda lintas negara," ujarnya.
Terbangnya kain sasirangan khas Tapin ke Manila, tak lepas dari dorongan orang tua Nurul yakni Rahmah.
"Sasirangan khas Tapin harus bisa menjadi salah satu produk asal Indonesia yang terkenal di era globalisasi saat ini," ujar Rahmah yang merupakan keturunan Suku Banjar.
Di era sekarang, kata Rahmah, sudah seharusnya tak ada lagi batasan kain sasirangan dipakai di wilayah tertentu.
"Harapan saya kain sasirangan ini dapat mendunia dan menjadi salah satu warisan budaya Kalimantan Selatan, khususnya dari Rantau (Kabupaten Tapin) yang terus lestari dan berkembang seiring perubahan zaman," ujarnya.
Rahmah mengaku bangga dengan idealisme Kelompok Cintawari Sasirangan Tapin yang menorehkan motif kesenian dan kebudayaan khas daerah ke dalam kain sasirangan.
Dia Mengaku siap untuk mempromosikan sasirangan ini agar dikenal lebih luas lagi.
"Saya sangat tertarik membuat pakaian dari kain sasirangan ini untuk dapat digunakan di acara formal maupun di kegiatan harian. Misalnya, buat bekerja, ke pesta dan kegiatan lainnya," ungkapnya.
Update Berita Antara Bengkulu Lainnya di Google News