"Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tengah menggelar Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak 2024 yang tahapan kegiatannya telah dimulai pada 2023. Sehingga pemanfaatan teknologi akan sangat berkaitan erat dengan manuver politik para peserta Pemilu Serentak 2024," kata Kepala Dinas Kominfotik Provinsi Bengkulu Oslita di Bengkulu, Selasa.
Hal itu, lanjut dia juga berkaca pada Pemilu 2019 penggunaan media sosial, cetak dan elektronik menjadi sarana utama dalam menarik simpati masyarakat.
"Namun juga tidak sedikit yang menggunakan perkembangan teknologi khususnya media jaringan internet untuk melakukan kampanye hitam," kata dia lagi.
Oleh karena itu, Oslita mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjadi masyarakat atau netizen yang bijak dan cermat dalam menyikapi informasi yang beredar di dunia maya.
Terlebih hoaks, ujaran kebencian dan isu SARA akan berdampak terhadap stabilitas sosial dan politik di masyarakat, diantaranya ketidakpercayaan terhadap media massa, polarisasi masyarakat, kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah, ketidakpercayaan terhadap ilmu dan fakta serta ketidakstabilan sosial.
Untuk mengatasi penurunan kepercayaan masyarakat akibat fenomena itu, lanjut dia diperlukan pendidikan literasi digital yang kuat, upaya media dalam memverifikasi fakta dengan hati-hati dan peran aktif individu dalam memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya.
"Karena kepercayaan masyarakat adalah pondasi utama dalam masyarakat yang sehat dan harus dijaga dengan cermat khususnya pada setiap gelaran tahapan Pemilu Serentak 2024 di Provinsi Bengkulu," ujarnya.
Update Berita Antara Bengkulu Lainnya di Google News