Selanjutnya, karena ada paksaan untuk membuka galeri di handphone, Umar langsung menghidupkan rekaman audio, dan menanyakan foto apa yang harus dihapus.
"Polisi (pengawal Firli) itu tahu saya merekam audio, dia juga meminta menghapus rekaman tersebut, lalu saya melawan," ujarnya.
Karena merasa diintimidasi, rekaman audio itu dikirimkan Umar ke group Kompas.com. Tujuannya, jika terjadi sesuatu dengan dengan dirinya, maka itu menjadi salah satu barang bukti kemudian hari.
Baca juga: KPK siap buktikan penetapan status tersangka SYL sesuai prosedur
"Karena ada insiden itu kemudian saya langsung mengabari ke beberapa wartawan TV yang tergabung dalam IJTI agar mereka segera ke lokasi untuk sama-sama meliput Firli," kata Umar.
Selain Umar, wartawan Puja TV Nurmala juga mengalami hal serupa, kepada dirinya juga diminta agar foto pertemuan Firli tersebut juga dihapus.
Nurmala menyatakan bahwa dirinya sempat mengambil foto dan video ketika Umar berbicara dengan pengawal Firli, dan kemudian itu juga diminta hapus.
Nurmala kemudian didatangi oleh pengawal Firli dan memaksa melihat gambar dalam galeri handphone jurnalis itu, bahkan hingga ke spam.
Baca juga: MAKI laporkan Firli Bahuri ke Dewas KPK soal sewa rumah
"Sudah aku hapus, dan tersimpan dalam spam. Lalu, itu juga disuruh hapus, padahal handphone itu privasi saya," kata Nurmala.
Dalam kesempatan ini, Direktur Puja TV Jamaluddin, menyayangkan terhadap peristiwa tersebut, seharusnya semua pihak harus menghormati profesi dan tugas jurnalistik.
"Saya harap pihak dari organisasi kewartawanan bisa mengadvokasi masalah ini di lapangan," demikian Jamaluddin.
Pewarta melaporkan, Sekber wartawan itu tempat Firli makan durian tersebut merupakan warung kopi tongkrongan para wartawan di Aceh, sebelum atau sesudah liputan, sehingga lokasinya merupakan area publik, apalagi acara itu diadakan JMSI.