Jakarta (ANTARA) - Analis pasar mata uang Lukman Leong memperkirakan rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang rebound usai Federal Reserve (The Fed) tak memberikan sinyal untuk memangkas suku bunga pada risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).
Dia memperkirakan nilai tukar rupiah akan berkisar Rp15.450-Rp15.550 per dolar AS.
“The Fed bernada lebih hawkish dari harapan investor dan mengisyaratkan apa kebijakan ketat masih akan tetap berlangsung untuk beberapa saat,” kata dia ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell mengatakan bahwa inflasi masih jauh di atas target dan suku bunga tinggi masih diperlukan saat ini. Karena itu, The Fed akan berhati-hati dalam mengambil keputusan ke depannya.
Pada pekan ini, tidak ada pula data ekonomi dari China. Adapun dari Indonesia investor disebut menantikan hasil rapat Gubernur Bank Indonesia (BI) pada Kamis (23/11/2023).
“Tidak ada harapan khusus dari investor, BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga,” ujar Lukman.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi melemah sebesar 0,65 persen atau 101 poin menjadi Rp15.541 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.440 per dolar AS.
Sebelumnya, selama dua hari terakhir, rupiah mengalami penguatan karena dipengaruhi data inflasi AS terbaru yang dirilis pada pekan lalu menurun, sehingga meningkatkan ekspektasi bahwa suku bunga acuan AS tidak akan bertahan lebih lama lagi. Kemudian juga data laju inflasi AS Oktober 2023 yang melambat, yakni 0 persen dengan perkiraan sebelumnya 0,1 persen secara month to month (MoM), dan year on year (YoY) 3,2 persen dengan ekspektasi 3,3 persen.
Sentimen dari dalam negeri seperti surplus neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2023 yang surplus 3,48 miliar dolar AS dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2023 yang membaik turut membantu dalam memberikan sentimen positif terhadap rupiah.