Bengkulu (Antara) - Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengatakan bahwa pembalakan hutan di sejumlah hulu sungai di wilayah itu memperparah dampak kekeringan, sebab debit air sungai merosot tajam.
"Bahkan ada sungai yang kering saat kemarau dan langsung banjir saat hujan, ini karena pembalakan liar hulu sungai," kata Gubernur di Bengkulu, Kamis.
Ia mengatakan sudah berulangkali mengimbau masyarakat agar menjaga kelestarian kawasan hutan, terutama di hulu sungai dan daerah aliran aliran sungai.
Hal itu dikarenakan hampir 70 persen masyarakat di daerah ini masih menggantungkan pasokan air bersih dari sungai dan sumur-sumur.
"Kalau kondisi saat ini masyarakat masih bergantung dengan air sungai, kalau sungai ikut kering masyarakat akan sulit mendapat air minum," katanya.
Gubernur menambahkan akan segera mengumpulkan satuan kerja perangkat daerah terkait untuk membahas penanggulangan dampak kekeringan.
Terutama solusi untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat serta upaya menyelamatkan areal persawahan sehingga tidak gagal panen.
Sebelumnya sejumlah warga di Kelurahan Betungan sudah mengeluhkan sulitnya air bersih karena sumur mulai kering akibat musim kemarau.
"Air yang keluar dari sumur bor sudah sudah keruh, artinya hampir kering," kata Benardi, warga setempat.
Biasanya kata dia Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) mendistribusikan air kepada masyarakat tapi sangat terbatas.
Sementara petani di Kelurahan Dusun Besar Kota Bengkulu mengeluhkan sawah yang kekeringan akibat kemarau sehingga membuat debit air Danau Dendam Tak Sudah menurun drastis.
"Kalau sudah kering, biasanya hama juga cepat masuk," kata Hasnul, petani setempat.
Sementara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bengkulu memperkirakan musim kering yang melanda wilayah Bengkulu diperkirakan terjadi hingga pertengahan Oktober 2015.***4***