Bengkulu (Antara) - Dua ekor harimau Sumatera (Phantera tigris Sumatrae) yang merupakan korban konflik dan perburuan liar di wilayah Provinsi Bengkulu, membutuhkan proses rehabilitasi sebelum dikembalikan ke habitatnya.
"Dua harimau yang dirawat di Kantor BKSDA sudah saatnya mendapat rehabilitasi, karena kalau terlalu lama dalam kerangkeng bisa stres," kata dokter satwa BKSDA Bengkulu, Erni Suyanti Musabine di Bengkulu, Senin.
Ia mengatakan dua ekor harimau tersebut yakni Elsa, harimau betina yang diselamatkan dari jerat pemburu liar di perbatasan hutan dengan perkebunan sawit di Kabupaten Kaur pada April 2014.
Sedangkan seekor lainnya diberi nama Giring, harimau jantan yang dievakuasi BKSDA setelah menyerang seorang petani karet hingga tewas di Kabupaten Seluma pada Maret 2015.
Saat ini kedua harimau tersebut masih berada dalam kerangkeng berukuran 2 x 2 meter yang ditempatkan di belakang Kantor BKSDA Bengkulu.
"Elsa sudah pulih secara fisik setelah operasi pada kaki kanan depan," katanya.
Kondisi Elsa yang cacat pada bagian tapak kaki kanan depan membuat harimau tersebut membutuhkan rehabilitasi di pusat rehabilitas satwa untuk melatih fisiknya.
Dengan kondisi tersebut menurut Erni, Elsa dapat diserahkan ke lembaga konservasi untuk keperluan perkembangbiakan atau "breeding".
"Karena kalau langsung dilepas ke hutan dikhawatirkan akan kesulitan mendapatkan mangsa," ucapnya.
Sedangkan Giring harimau jantan yang memiliki panjang lebih dua meter tersebut juga sudah memungkinkan untuk dilepasliarkan ke habitatnya.
Sebelumnya Kepala Seksi Wilayah II BKSDA Bengkulu, Darwis Saragih mengatakan pelepas liaran atau pemindahan dua satwa langka terancam punah itu masih menunggu keputusan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
"Kami sudah menyurati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tapi sampai saat ini belum ada keputusan," katanya.***4***