Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dr. Muhammad Hafiz Aini, Sp.PD mengatakan bahwa saat ini kondisi gagal ginjal tertinggi di Indonesia dialami oleh pasien di bawah usia 50 tahun dan harus segera ditangani oleh dokter agar tidak memperparah kondisi ginjal.
“Berdasarkan survei di Indonesia, ternyata nomor satu atau tertinggi kejadian gagal ginjal terjadi pada pasien di bawah 50 tahun, dan bisa kita anggap sebagai pasien usia muda,” kata Hafiz dalam gelaran wicara daring di Jakarta, Selasa.
Gagal ginjal merupakan kondisi ketika terjadi gangguan pada sistem ekskresi ginjal dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Gagal ginjal biasanya merupakan tahap akhir dari penyakit ginjal, dengan kerusakan pada ginjal yang sudah cukup berat atau berlangsung lama.
Baca juga: Rekomendasi pola makan untuk menjaga kesehatan ginjal
“Penyebabnya banyak, bisa karena penyakit dari tubuh (diabetes), gangguan pembuluh darah (hipertensi), kerusakan pada ginjalnya itu sendiri, seperti radang ginjal dan penyakit polikistik yang berhubungan dengan genetik, dan batu ginjal yang menyumbat saluran kemih,” kata dokter lulusan Universitas Indonesia itu.
Lebih lanjut, Hafiz mengatakan bahwa penyebab utama gagal ginjal yang dialami pasien usia muda (18-45 tahun) saat ini didominasi oleh diabetes, hipertensi, radang ginjal, dan gangguan struktur pada ginjal (kista, dll).
Hal ini dipicu oleh sejumlah faktor, antara lain gaya hidup tidak sehat, obesitas hingga gangguan genetik, sehingga gagal ginjal juga banyak dialami oleh pasien berusia muda.
Baca juga: Orang dengan satu ginjal masih punya harapan hidup normal
Namun, sebagian besar pasien dengan masalah ginjal tidak mengalami gejala khusus, sehingga perlu adanya keawasan pasien saat mengalami sejumlah gejala yang merujuk pada kondisi tersebut.
“Gejalanya bervariasi, dari yang ringan sampai yang berat. Namun, sebagian besar pasien tidak bergejala,” kata Hafiz.
Ada sejumlah tanda yang perlu diwaspadai sebagai kondisi gagal ginjal jika dialami oleh pasien. Antara lain urin berbusa dan berwarna merah, tekanan darah meningkat, mual dan muntah, merasa lemas dan letih, anemia, gangguan penurunan urin, sesak napas, hingga pingsan.
Meski demikian, ada beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan agar masyarakat tidak mengalami kondisi tersebut. Salah satunya dengan menerapkan pola hidup sehat dan minum air putih sesuai anjuran dokter.
“Pengobatannya dengan cara pencegahan. Bagaimana kita bisa mencegah ginjal untuk tidak mengalami penurunan fungsi dan jika sudah mengalami penurunan fungsi (kondisinya) tidak semakin parah,” kata Hafiz.
Baca juga: Sirup obat picu gagal ginjal pada anak, KPCDI minta perhatian pemerintah
Dia melanjutkan, “Pertama, jalani gaya hidup sehat. Lalu, hidrasi tubuh yang cukup dengan 2-3 liter air putih sehari (untuk orang dengan kondisi kesehatan normal), diet seimbang dan sehat, mengatur pengobatan faktor risiko, dan deteksi dini,” katanya.
Jika pasien sudah mengalami penurunan fungsi ginjal, maka pasien wajib melakukan evaluasi rutin dan pengobatan komplikasi penyakit yang mungkin terjadi.
Meskipun tidak bisa disembuhkan, dengan melakukan evaluasi dan pengobatan, setidaknya kondisi ginjal pasien tidak semakin parah.
Namun, jika kondisi gagal ginjal sudah di tahap akhir (ginjal tidak lagi dapat membuang limbah dengan sendirinya dan ginjal telah gagal berfungsi), maka pasien perlu melakukan sejumlah terapi untuk menghilangkan limbah dari darah, yakni dengan dialisis hingga transplantasi ginjal.
“Kalau sudah tahap akhir, maka harus dilakukan terapi yang disebut terapi pengganti ginjal, yaitu hemodialisis, peritoneal dialisis, dan transplantasi ginjal,” demikian penjelasan Hafiz Aini.
Gagal ginjal tertinggi dialami pasien di bawah usia 50 tahun
Selasa, 26 Maret 2024 16:08 WIB 1158