Jakarta (ANTARA) - Studi yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) RI mengungkapkan sebanyak 13,9 persen remaja di Indonesia menggunakan aplikasi kencan daring untuk menemukan pasangan dalam berhubungan seksual atau sex partner.
"Studi ini menemukan ada 13,9 persen responden remaja yang menggunakan aplikasi kencan online untuk mencari sex partner atau pasangan seksual," kata Peneliti Pusat Riset Kependudukan BRIN Anastasia Septya Titisari dalam seminar yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Polisi tangkap pelaku penipuan aplikasi kencan "michat"
Baca juga: Remaja perempuan di Palembang jadi tersangka TPPO
Peneliti BRIN yang disapa Titis ini menyoroti hal tersebut, sebab pencarian pasangan seksual merupakan salah satu dari tiga motivasi terbesar para remaja dalam menggunakan aplikasi kencan daring, selain mencari jodoh dan merayu atau flirting.
Kondisi tersebut, kata dia, memunculkan ancaman baru di dunia digital, berupa pengunggahan foto atau video intim seseorang atau Non-Consentual Intimate Image (NCII).
"Dari berbagai kasus kekerasan berbasis gender online (KBGO), NCII ini jadi sebuah fenomena global yang kerap muncul dalam proses interaksi dunia digital," ujarnya.
Baca juga: Penelitian: Banyak pria lajang akan gunakan ChatGPT tipu calon pasangan kencan
Baca juga: Polisi tangani penipuan berkedok kencan daring dengan total kerugian Rp83 juta
Titis menegaskan penggunaan aplikasi kencan daring bisa meningkatkan risiko KBGO, karena dapat membuka ruang individu para penggunanya.
"Studi menemukan secara umum aplikasi kencan ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi untuk mengalami kekerasan seksual. Studi yang sama juga menemukan perempuan sebagai kelompok yang riskan dalam mengalami kekerasan seksual," ungkapnya.
Menurut Titis, penggunaan aplikasi kencan daring bisa menjadi senjata baru para pelaku kekerasan seksual, karena para pelakunya dapat tampil secara anonim dengan memalsukan identitasnya.
Kondisi tersebut, sambungnya, diperparah dengan tidak optimalnya kebijakan pemblokiran akun atau ban, karena para pelaku dapat mendaftar kembali dengan menggunakan alamat surel baru.
Baca juga: Tips kencan online aman saat Hari Valentine
Baca juga: Pentingnya jadi diri sendiri saat kencan pertama
Oleh karena itu, ia menekankan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran digitalnya, serta mengajarkan para remaja untuk tidak membagikan konten pribadinya secara digital.
"Mari kita saling mengingatkan agar selalu berhati-hati dalam memilih teman secara online, dan bijak dalam bersosial media dengan memahami konsep persetujuan dan menghormati privasi orang lain," tutur Anastasia Septya Titisari.
Polisi ungkap 'love scamming' jaringan Internasional
13,9 persen remaja Indonesia gunakan aplikasi kencan online untuk cari pasangan seksual
Kamis, 25 Juli 2024 11:08 WIB 611